Rifky Mohi

Berawal dari beberapa video yang beredar di media sosial belakangan ini, ada sejumlah masyarakat yang melayangkan protes terhadap aparat yang sedang bertugas maupun terhadap pemerintah, lalu saya berfikir dan mencoba untuk husnudzon dalam memahami kelakuan masyarakat tersebut. Karena saya membiasakan diri saya untuk selalu melihat sebuah sisi dengan kasih sayang dan welas asih yang merupakan bekal dari Tuhan yang telah ditanamkam dallam nurani kita.

Lalu saya merasakan yang terjadi dimasyarakat sekarang yang berperilaku keras dan cenderung marah-marah ini bukan karena sifat seseorang yang beringas dst, tapi karena tuntutan ekonomi dan kehidupan, yang harus bisa membuat mereka bertahan hidup dikala pandemi sekarang ini. Karena kebingungan dalam mencari penghasilan dikala pandemi tersebut terbitlah perilaku yang membuat mereka mempertahankan apa yang harus mereka lakukan untuk bisa “bertahan”.

Disisi lain masyarakat yang tetap stay home melihat mereka dengan kacamata yang masih agak “rabun” dikarenakan penglihatan yang kurang mendalam terhadap sebuah perilaku yang ditunjukkan oleh beliau-beliau ini, tidak mungkin suatu perilaku bisa timbul kalau tidak ada sebab, dan pastinya beliau-beliau itu tau betul bahwa perilaku mereka akan mendapatkan akibat yang seperti ini.

Namun karena mereka harus “bertahan hidup”, mereka pastinya sudah siap dengan segala resiko dan akibat yang akan diterima dikala melakukan sesuatu yang bahkan diri sendiri tidak mau untuk melakukannya tapi harus dilakukan demi keberlangsungan hidup, apalagi untuk mereka yang sudah berkeluarga dan dikaruniai anak, tentunya tanggung jawab itu menjadi dorongan untuk mereka.

Dan bukankah kita semua sedang menjalankan itu?, supaya bisa survive dikala pandemi ini?. Dan apakah mencemooh adalah “jalan terbaik “?. bukankah mereka juga adalah saudara – saudara kita? memang kalau dilihat dari segi aturan mereka salah, tapi kalau dilihat lebih seksama lagi mereka “terpaksa” terdorong dalam kondisi seperti ini. dan kita juga sama, lantas kenapa saling hujat?. Bukankah sudah jelas perintah Tuhanmu untuk saling mengasihi?.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(QS 28 : 77).

Dan juga Rasullullah SAW bersabda yang driwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Juz 1 halaman 11
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah SWT (HR. Bukhari)”

saya harap pemerintah terus bisa punya kesabaran yang lebih, dalam mengurusi kami. karna ini tanggung jawab yang harus kita pikul bersama, karena setiap manusia punya caraya masing – masing untuk bertahan hidup dikala pandemi, dikarenakan kondisi yang berbeda – beda yang terdapat di masyarakat.

Tidak semua orang hidup dengan gaji yang memadai dan pendapatan yang membuat mereka mendapatkan tabungan yang lebih untuk menghadapi situasi seperti ini. Ada yang harus mengeluarkan keringat lebih demi hanya sesuap nasi dan beberapa lauk untuk anak dan istri dirumah dan semoga “jalan terbaik” yang dilakukan oleh pemerintah adalah solusi yang meneduhkan bukan menyudutkan.