Connect with us

Ruang Literasi

Api Itu Takan Pernah Padam

Published

on

Oleh : Yandi Mooduto, S.TP

Sudah hampir seminggu, kita semua diperhadapkan dengan konflik dan peristiwa pergolakan di seluruh wilayah Indonesia. Hal itu bermula sejak Senin, 5 Oktober 2020 di gedung kura-kura Senayan, Jakarta. Undang-undang Cipta Kerja atau yang lebih dikenal dengan UU Omnibus Law disahkan oleh DPR RI melalui rapat paripurna menjadi undang-undang, mendapat penolakan serta kecaman dari berbagai pihak.

Suasana negeri ini sedang tegang, semua elemen yang merasa dirugikan atas UU Omnibus Law, turun kejalan menyampaikan aspirasinya. Baik itu mahasiswa, kaum buruh, nelayan, petani, pedagang, bahkan kaum rebahan pun ikut menambah massa aksi dan menyuarakan kebenaran dijalanan. Bagiku, ini sebuah alarm bahwa negeri ini tidak baik-baik saja. Aku membenarkan apa yang disampaikan ibu Gita Amanda, Jurnalis Republika.co.id dalam tulisannya “Negara Gawat, Kaum Rebahan Sampai Turun Kejalan” ia mengatakan, generasi Z yang kini menduduki bangku kuliahan, lebih senang berinteraksi di dunia maya. Jangankan turun kejalan, mereka umumnya lebih mahir bermain-main dengan jari mereka dan berselancar di dunia maya ketimbang panas-panasan menyuarakan isi pikiran mereka.

Semua itu terbantahkan, kaum rebahan bangun dan turun kejalan. Panas-panasan meneriakan protes mereka akan kebijakan pemerintah yang dinilai mulai kelewatan. Lebih dari pada itu, yang membuatku semakin bangga adalah bahkan Anak Sekolah Dasar berumur 10 tahun yang tak tau isi dari UU tersebut, ikut turun kejalan bersama masa aksi menyampaikan keresahannya, itu hanya terjadi di Daerahku, Provinsi Gorontalo. Meskipun terlalu beresiko bagi anak se usia dia untuk turun ke jalan bersama masa aksi lainnya, namun bagiku, jika obor kebenaran telah dinyalakan maka ia takan pernah padam.

Omnibus law bagaikan seorang pencopet dengan topeng kebaikannya dihadirkan pemerintah di negeri ini. Semua orang dibuat geram, marah dan ingin segera mengadili si pencopet yang sudah ketahuan akal busuknya. Semua orang dibuat skeptis dengan rentetan draft UU yang diupload di website DPR RI. Benar saja, draf akhirnya berbeda dari semua yang pernah di upload. Dan baru dikonfirmasi sekitar satu minggu setelah sidang paripurna. Sehingga, perjalanan penamaan filenya sebagai berikut : RUU Cipta Kerja.pdf, RUU Cipta Kerja-Final.pdf, RUU Cipta Kerja- Kirim ke Presiden.pdf.

Dilansir dari tempo.co Sekjend DPR RI, Indra Iskandar mengonfirmasi naskah akhir UU Cipta Kerja yang akan dikirim ke Presiden Joko Widodo. Naskah itu setebal 1.035 Halaman, berbeda jumlah halaman dari versi yang beredar pada 5 Oktober setebal 905 Halaman dan pada 9 Oktober setebal 1.052 Halaman.

Rentetan revisi UU Omnibus Law yang tak jelas mengingatkanku saat menyelesaikan studi Sarjanaku setahun lalu, berkali-kali revisi skripsi, baru bisa diputuskan untuk sidang mendapatkan gelar sarjana, bukan malah sebaliknya, mendapatkan sarjana dulu kemudian disahkan, itu kan aneh.

Belum lagi, aku cukup prihatin dan marah atas Tindakan represif aparat kepada para pendemo. Ini mencerminkan watak antidemokrasi terhadap orang menyampaikan pendapat dimuka umum, yang jelas-jelas telah di atur dalam Pasal 28 UUD 1945. Selain itu, penangkapan dan penganiyayaan terhadap jurnalis yang sedang melaksanakan tugas dilapangan membuat negeri semakin buruk.

Menurutku, benturan ini menggugah kesadaran baru bahwa penguasa takut kepada rakyatnya sendiri. Benar apa yang dikatakan Budiman Sudjatmiko dalam buku “Anak-Anak Revolusi”, selama rakyat mau berpikir, ini akan membangkitkan rasa percaya diri mereka. Kekerasan sejatinya tidak akan pernah bisa melenyapkan solidaritas Gerakan, dan hanya bisa memendam nyala api itu kedalam tanah. Api itu kemudian akan menjalar ke tanah, lalu muncul ke permukaan pada momentum yang lain.

Umur Panjang perlawanan kawan-kawan, doa kami menyertai kalian.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News

Bukan Hoax! Susu Kecoa Sedang Diteliti Sebagai Makanan Masa Depan

Published

on

Barakati.id – Di balik stigma serangga yang menjijikkan dan sering dianggap hama, kecoa ternyata menyimpan potensi besar dalam dunia nutrisi. Spesies Diploptera punctata, satu-satunya kecoa vivipar yang melahirkan ketimbang bertelur, ternyata menghasilkan cairan bergizi luar biasa yang disebut “susu kecoa”. Cairan ini bukan sekadar nutrisi biasa, melainkan kristal protein yang kaya akan energi dan asam amino esensial, berfungsi untuk memberi makan anak-anaknya yang masih berkembang di dalam tubuh induk.

Temuan ini menjadi perhatian global sejak diterbitkannya hasil studi oleh tim ilmuwan dari Institute of Stem Cell Biology and Regenerative Medicine di India. Penelitian yang dipublikasikan dalam International Union of Crystallography Journal (IUCrJ) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kristal susu kecoa mengandung semua asam amino esensial, lipid, serta gula dalam bentuk yang sangat terkonsentrasi. Bahkan, satu kristal kecil memiliki kandungan energi empat kali lebih tinggi daripada susu sapi dengan volume yang sama.

Para peneliti mengungkap bahwa kandungan gizi tinggi ini menjadikan susu kecoa sebagai kandidat superfood masa depan, terutama untuk mengatasi tantangan nutrisi global dan kebutuhan pangan berkelanjutan. Namun, untuk alasan etis dan teknis, tentu tidak ada rencana memerah jutaan kecoa. Sebagai solusinya, ilmuwan kini tengah mengembangkan metode biosintesis melalui modifikasi genetik guna memproduksi protein susu kecoa tanpa harus melibatkan serangga secara langsung.

Meski masih jauh dari pasar umum, kemungkinan besar dalam dekade mendatang kita bisa melihat kristal protein dari susu kecoa tersedia dalam bentuk suplemen atau campuran makanan tinggi gizi. Dunia mungkin belum siap menaruh tetesan susu kecoa ke dalam kopi pagi, tetapi dunia sains telah menegaskan satu hal: inovasi besar sering datang dari sumber paling tak terduga.

Continue Reading

Gorontalo

Ariyanto Yunus: Tuduhan Serius Harus Disertai Bukti, Jangan Rusak Institusi

Published

on

Tokoh Pemuda Kecamatan Popayato, Ariyanto Yunus || Foto Istimewa

News – Tokoh Pemuda Kecamatan Popayato, Ariyanto Yunus, angkat bicara menanggapi pemberitaan di salah satu media online yang menyebut adanya dugaan keterlibatan oknum anggota kepolisian dalam aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di wilayah Popayato Grup.

Dalam pernyataannya, Ariyanto menegaskan bahwa dalam logika hukum, pihak yang mengemukakan suatu tuduhan bertanggung jawab untuk menyertakan bukti yang kuat.

“Bagi saya, menduga adalah hal biasa. Tapi dalam berita itu, arahnya bukan lagi menduga, melainkan menuduh. Karena ini sudah masuk ranah tuduhan, maka harus bisa dibuktikan,” ujar Ariyanto kepada awak media, Rabu (18/06/2025).

Lebih lanjut, ia menyampaikan kekhawatirannya bahwa tuduhan tanpa dasar seperti ini rentan menimbulkan fitnah, yang bukan hanya mencemarkan nama baik individu, tetapi juga merusak citra institusi kepolisian secara keseluruhan.

“Sekali lagi, yang dirugikan nantinya bukan hanya individu yang disebut, tapi satu institusi. Ini tuduhan serius yang harus dipertanggungjawabkan secara hukum dan moral,” tegasnya.

Ariyanto pun meminta kepada pihak yang menyampaikan tuduhan, dalam hal ini Ketua KPMP, agar segera menyampaikan bukti konkret jika memang memiliki dasar atas pernyataan yang disampaikan ke publik.

Dirinya berharap seluruh pihak dapat bersikap bijak dan bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi, agar tidak menciptakan kegaduhan atau menimbulkan keresahan di tengah masyarakat Popayato yang selama ini dikenal hidup dalam suasana damai.

Continue Reading

News

Tak Punya Banyak, Tapi Narapidana Ini Memberi Segalanya Untuk Gaza

Published

on

NEWS – Seorang narapidana di California telah menyentuh hati ribuan orang di seluruh dunia setelah menyumbangkan seluruh pendapatannya yang sangat kecil untuk bantuan kemanusiaan di Gaza. Pria tersebut, yang dikenal dengan nama “Hamza”, bekerja sebagai petugas kebersihan di dalam penjara dan menerima upah hanya sekitar 13 sen AS per jam. Dalam kurun waktu 21 hari pada Oktober 2023, ia bekerja selama lebih dari 130 jam dan memperoleh total gaji sebesar 17,74 dolar AS. Tanpa ragu, seluruh uang itu ia donasikan untuk membantu warga sipil Palestina yang terdampak konflik.

Kisah Hamza menjadi sorotan setelah slip gaji dan surat pengajuan donasinya diunggah oleh pembuat film asal Los Angeles, Justin Mashouf, ke platform media sosial X (dulu dikenal sebagai Twitter). Postingan tersebut langsung viral dan memicu gelombang dukungan luas dari warganet. Banyak yang tersentuh oleh tindakan penuh empati dari seseorang yang hidup dalam keterbatasan tetapi tetap berupaya memberi manfaat bagi sesama.

Respon positif dari publik tak berhenti di situ. Banyak orang bertanya bagaimana mereka bisa memberikan bantuan langsung kepada Hamza sebagai bentuk apresiasi atas niat mulianya. Justin Mashouf pun meluncurkan penggalangan dana melalui GoFundMe untuk mendukung Hamza setelah pembebasannya yang direncanakan pada akhir Maret 2024. Dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, pakaian, transportasi, hingga pelatihan kerja. Dalam waktu singkat, lebih dari 100 ribu dolar AS berhasil dikumpulkan.

Hamza sendiri merupakan mantan terpidana pembunuhan tingkat dua yang dihukum pada tahun 1986, saat usianya masih remaja. Selama hampir 40 tahun, ia menjalani masa hukuman di balik jeruji dan beberapa kali ditolak dalam sidang pembebasan bersyarat. Setelah masa panjang itu, ia akhirnya akan dibebaskan tahun ini. Dalam sebuah pernyataan, Hamza menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh donatur, tetapi ia juga mengajak masyarakat agar tidak hanya fokus membantunya, melainkan turut memprioritaskan bantuan kepada keluarga-keluarga di Gaza, Yaman, dan Afrika yang hidup tanpa akses air bersih, makanan, atau layanan kesehatan.

Kisah Hamza bukan hanya tentang kemurahan hati, tetapi juga tentang harapan, kemanusiaan, dan solidaritas global yang bisa muncul dari tempat yang paling tak terduga. Ia bahkan berjanji untuk menyumbangkan gaji terakhirnya sebelum bebas dan menyalurkan sebagian dari donasi yang ia terima kepada bantuan kemanusiaan di Gaza. Di tengah dunia yang sering kali penuh dengan ketidakadilan dan keputusasaan, tindakan kecil Hamza menjadi pengingat bahwa kebaikan bisa datang dari mana saja—bahkan dari balik tembok penjara.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler