Connect with us

News

Panduan Belajar di Masa Pandemi Harus Antisipasi Angka Putus Sekolah

Published

on

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat

JAKARTA-Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta pemerintah menjamin kelompok masyarakat tidak mampu bisa mengikuti proses belajar mengajar di masa pandemi.

Bila kendala belajar di masa pandemi tidak bisa diatasi, dikhawatirkan akan mendorong angka putus sekolah di tahun ajaran ini.

Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada 2019, jumlah anak Indonesia yang tidak bersekolah mencapai 4,5 juta.

“Dengan wilayah zona merah dan kuning tercatat 94 persen, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih menjadi beban bagi kelompok masyarakat tidak mampu,” kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/6).

Pernyataan Rerie sapaan akrab Lestari itu, menyikapi Keputusan Bersama Empat Kementerian tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Covid-19, yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nabiel Makarim, Senin (15/6).

Dalam panduan tersebut, menurut Rerie, memang dibuka peluang untuk diselenggarakan proses belajar mengajar tatap muka di sekolah, khusus untuk sekolah yang berada di zona hijau.

Padahal, tambah Legislator Partai NasDem itu, berdasarkan data yang disampaikan pada pengumuman tersebut, 94% peserta didik tinggal di 429 kabupaten/kota zona kuning, oranye dan merah Covid 19.

“Itu kan artinya sebagian besar sekolah di Tanah Air hanya menjalankan PJJ. Seharusnya panduan itu lebih merinci bagaimana PJJ bisa terlaksana dengan baik bagi semua sekolah di zona merah, kuning, oranye, di samping membuka sekolah di zona hijau,” ujar Rerie.

Selain kelompok masyarakat tidak mampu, menurut Rerie, peserta didik di kelas akhir seperti kelas 3 SLTA, kelas 3 SLTP dan kelas 6 SD harus menjadi perhatian dalam proses pembelajaran di masa pandemi.

“Bila terjadi kesalahan dalam menangani kelompok masyarakat tidak mampu dan di kelas akhir, dikhawatirkan akan terjadi peningkatan angka putus sekolah di tahun ajaran ini,” ujarnya.

Bagi kelompok masyarakat tidak mampu, jelas Rerie, kendala PJJ bukan sekadar tidak bisa beli pulsa, tetapi sarana gadgetnya pun tidak punya. Demikian pula siswa-siswi di kelas akhir yang terpaksa menghadapi proses belajar yang tidak normal.

Kesiapan orang tua dan tenaga pengajar dalam menghadapi PJJ, menurut Rerie, juga masih menjadi kendala.

“Perlu kebijakan yang berpihak kepada masyarakat tidak mampu dan sejumlah solusi segera untuk mengatasi kendala PJJ tersebut.”

Menyikapi panduan belajar untuk sekolah di zona hijau, Rerie berharap, kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan di lingkungan sekolah wajib ditegakkan. Upaya menerapkan physical distancing lewat pengaturan jarak antartempat duduk peserta didik dan larangan berkerumun, menurut dia, harus benar-benar dijalankan pihak sekolah.

“Pemerintah harus bisa menjamin semua kewajiban itu bisa terlaksana. Jangan hanya memberi banyak kewajiban kepada sekolah tanpa memberdayakannya,” tegas Rerie.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gorontalo

Meresahkan, Aksi Kolor Ijo di Pohuwato Nyaris Memakan Korban Anak di Bawah Umur

Published

on

Pohuwato – Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di Kabupaten Pohuwato diduga menjadi korban percobaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang pria berinisial YT (27), yang diketahui merupakan mantan narapidana. Insiden tragis ini terungkap setelah ibu korban melaporkan kejadian yang menimpa putrinya pada Senin malam, (10/06/2025), kepada pihak kepolisian.

Menurut keterangan ibu korban, kejadian bermula saat ia dan anak-anak lainnya sedang beristirahat di rumah, sementara korban sedang berbaring dan bermain telepon genggam di kamar lain. Sekitar pukul 01.00 WITA, korban yang mulai tertidur merasakan ada seseorang yang masuk mengendap-endap ke dalam rumah.

“Sekitar jam 1 lewat, anak saya merasa ada yang masuk ke kamar. Tapi dia masih setengah sadar, makanya dia tahu,” ungkap ibu korban, mengutip penuturan anaknya.

Diduga, pelaku langsung menindih korban dan berupaya melakukan persetubuhan. Korban pun berteriak meminta tolong sambil berusaha mendorong pelaku. Akibat perlawanannya, korban menerima pukulan dari pelaku.

“Anak saya melawan, tapi pelaku memukul wajah anak saya hingga ada lebam,” tambah ibu korban.

Mendengar keributan di rumahnya, ibu korban terbangun dan segera mengecek ke arah kamar anaknya. Ia sempat mengambil balok di dapur untuk mengejar pelaku, namun pelaku berhasil melarikan diri sebelum tertangkap.

Pihak keluarga langsung melaporkan percobaan pemerkosaan ini ke Polres Pohuwato. Hingga rilis berita ini diterbitkan, pelaku berinisial YT masih dalam pencarian polisi. Pihak kepolisian diharapkan segera menangkap pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Continue Reading

News

Dari UI ke Harvard: Kisah Mutiara Baswedan Raih Beasiswa LPDP

Published

on

Gak banyak yang tahu, putri sulung Anies Baswedan, Mutiara Annisa Baswedan (28), alias Tia, barusan melesat meraih beasiswa LPDP buat lanjut S2 di Harvard University. Dia bakal ambil program Master of Education in Education Policy and Analysis di Harvard Graduate School of Education

Lewat akun LinkedIn-nya Tia nulis apa adanya:

“Perkenalkan, saya Mutiara Baswedan, akan melanjutkan studi Magister… Bersama @lpdp.ri dan @pk257.lpdp saya siap melanjutkan perjalanan akademik dan mengabdi bagi bangsa.”

Dia juga bilang:

“Saya berkomitmen untuk membawa semangat nasionalisme serta menjunjung tinggi nilai‑nilai budaya Indonesia dalam setiap langkah perjalanan saya.”

Perjalanan Tia selama ini bukan basa-basi. Dia sudah lulus dari Fakultas Hukum UI pada 2020, lalu aktif jadi Manager of External Affairs di Asian Law Students’ Association UI.

Beberapa pencapaiannya:

  • Exchange student Denmark (2014) lewat AFS & Bina Antarbudaya
  • Juara 3 ALSA National English Competition (2017)
  • Best Delegate & Best Position Paper di beberapa Model UN, dan jadi delegasi UI di Harvard National MUN 2017–2018
  • Finalis Duta Muda ASEAN‑Indonesia (2019), Youth Ambassador Indonesia-AS
  • Trio lulus hukum, organisasi aktif, hingga pernah kerja di firma hukum Assegaf Hamzah & Partners sebelum hijrah ke tim riset Anies untuk Pilpres 2024

Namanya publik, pasti aja ada komentar miring. Ada yang bilang:

“Anak pejabat kok pakai beasiswa?” Tapi, sejarah LPDP menunjukkan kalau beasiswa ini memang didesain buat “talenta terbaik bangsa”, bukan hanya orang dari kalangan tidak mampu. Jadi guyuran kritik publik tak bikin lo’s. Yang penting, kualitas dan kontribusi nyata di depan mata.

Continue Reading

Hiburan

Benarkah Kunang-Kunang Akan Segera Punah? Ini Kata Ahli.

Published

on

Sebuah pertanyaan yang mengusik hati belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial: benarkah kita adalah generasi terakhir yang berkesempatan menyaksikan keajaiban kunang-kunang di malam hari? Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, seiring dengan laporan yang menunjukkan penurunan drastis populasi serangga bercahaya ini di berbagai belahan dunia. Fenomena ini memicu pertanyaan mendalam tentang masa depan salah satu pesona alam ini.

Berbagai faktor menjadi biang keladi di balik surutnya populasi kunang-kunang. Para ahli menyoroti hilangnya habitat alami mereka akibat alih fungsi lahan, polusi cahaya yang mengganggu ritual kawin mereka, serta penggunaan pestisida yang membahayakan. “Para ahli memperingatkan bahwa persentase signifikan spesies kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan,” demikian disampaikan dalam laporan. Hal ini menjadi alarm serius bagi ekosistem global, mengingat peran penting kunang-kunang sebagai predator alami hama.

Meskipun ancaman kepunahan membayangi, harapan untuk menyelamatkan kunang-kunang masih ada. Artikel ini menggarisbawahi berbagai upaya konservasi yang bisa dilakukan. Mulai dari meminimalkan penggunaan insektisida, mencegah konversi lahan yang merusak ekosistem, hingga menjaga kelestarian lahan basah. “Mengatur polusi cahaya, dan mengedukasi publik untuk melindungi habitat kunang-kunang,” menjadi poin krusial yang juga ditekankan. Langkah-langkah ini menjadi kunci untuk memastikan generasi mendatang masih bisa menikmati kerlap-kerlip kunang-kunang.

Prediksi tentang menghilangnya kunang-kunang memang didasarkan pada tren saat ini. Namun, optimisme tetap menyala bahwa skenario terburuk dapat dihindari jika upaya konservasi segera dan konsisten diimplementasikan. Dengan kesadaran kolektif dan tindakan nyata, kita bisa menjadi generasi yang menyelamatkan, bukan generasi terakhir yang melihat kunang-kunang. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan keberlangsungan hidup kunang-kunang.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler