Connect with us

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Mantan Guru Menpora RI Saksikan Orasi Ilmiah Menpora RI di UNG

Published

on

UNG – Di balik kesuksesan seseorang, kehadiran seorang guru selalu memberikan kontribusi yang besar, tidak terkecuali bagi para tokoh-tokoh besar.

Pada momen Sidang Senat Dies Natalis ke-59 Universitas Negeri Gorontalo, guru sekolah dasar dari Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Marine Djiuwa hadir dengan penuh bangga menyaksikan muridnya Prof. Dr. Zainudin Amali, S.E., M.Si. memberikan orasi ilmiah.

Marine Djiuwa adalah pensiunan guru sekolah dasar di SD Buhu tempat Menpora menimba ilmu dasar membaca dan menulis 53 tahun silam.

Awalnya, Menpora belum menyadari kehadiran mantan gurunya. Setelah diperkenalkan oleh Rektor UNG kepada para hadirin, ia tampak terkejut dan terharu.

Setelah prosesi Sidang Senat Dies Natalis ke-59 Universitas Negeri Gorontalo selesai, Menpora segera berjalan menuju ke tempat mantan gurunya duduk.

Masih menggunakan pakaian kebesaran jabatan tertinggi dunia akademik, Menpora segera mencium tangan gurunya yang berjasa dalam perjalanan hidupnya.

Nurhayati Ali anak dari Marine Djiuwa yang turut mendampingi ibunya mengatakan sosok Menpora Zainudin Amali di mata ibunya adalah sosok yang selalu tampil rapi dan berprestasi.

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Prof. Dr. Zainudin Amali, S.E., M.Si. lahir pada 16 maret 1962 di Desa Buhu, Gorontalo. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Buhu yang kini berganti nama menjadi SD Negeri 4 Talaga Jaya.

Gorontalo

Ramadan, Matinya Politik Gorontalo dan Politik Emansipasi

Published

on

Dr. Funco Tanipu., ST., M.A, Founder The Gorontalo Institute

Oleh : Dr. Funco Tanipu., ST., M.A (Founder The Gorontalo Institute, Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo)

Wajah politik Gorontalo akhir-akhir ini memperlihatkan kecenderungan perubahan ke arah situasi yang didalamnya aspek-aspek politik yang bersifat “low politics” dirayakan secara semarak. Arena politik dipenuhi oleh berbagai pertunjukan, tontonan, tepuk tangan, tayangan, dan tindakan-tindakan yang mengeksploitasi berbagai bentuk yang bernilai rendah dan tak substantif. Sisi lain mempertontonkan cakar-cakaran, saling bunuh, dan meniadakan. Yang lebih gawat adalah maraknya fenomena transaksional “ada uang ada suara”.

Politik dianggap sebagai arena untuk kegiatan yang bersifat “low”, yang menggunakan model-model strategi dan psikologi massa budaya populer, dalam rangka mencari popularitas, memobilisir massa, memenangkan pemilihan, mendapatkan pengikut, meningkatkan rating atau mencari keuntungan (Yasraf Amir Piliang, 2008) . Makanya tak heran banyak kita dapati iklan politik mengotori ruas jalan kita. Gorontalo tak ubahnya seperti Balihopolitan (Kota Baliho). Politik semata-mata ditujukan untuk merayakan hasrat yang tak terbatas (desire/nafs), namun rendah.

Belum lagi jika kita mengamati maraknya fenomena “koprol” yang telah menjadi bagian dari politik keseharian kita. Sungguh kita memasuki sebuah era yang dinamakan matinya politik. Foucault menyebut “matinya politik” bukan nanti tidak ada lagi politik, melainkan bahwa akan hilang konsep politik sebagai suatu arena dan kategori istimewa dalam pemikiran kita untuk membebaskan masyarakat dari tirani negatif.

Kini, kita hidup di sebuah era yang bisa disebut sebagai “era matinya politik”, era matinya segala sesuatu. Politik kehilangan peran sentralnya dalam peradaban, politik hanya menjadi instrumen teknis untuk merayakan segala sesuatu yang privat, kepentingan pribadi dan kelompok.

PERAYAAN HASRAT, PENDANGKALAN POLITIK

Kecenderungan politik lokal Gorontalo yang mengarah pada pendangkalan dan kerendahan di dalam budaya politik terlihat pada banalitas politik, misalnya iklan politik tak bisa dibedakan lagi dengan iklan sabun mandi; lembaga politik tidak dapat dibedakan lagi dari travel perjalanan atau event organizer; kampanye politik tidak dapat dibedakan lagi dari pertunjukan musik dangdut.

Perspektif kedangkalannya itulah yang menyebabkan aktifitas politik lebih cenderung mengeksploitasi berbagai bentuk histeria massa (mass histeria), yaitu pola memanipulasi emosi publik, sehingga mencapai kondisi puncak tak terkendali, yang diperlihatkan dalam berbagai bentuk teriakan, tangisan atau kesedihan massa dalam melihat idolanya (Baudrillard, 2005). Politis menjadi idola jika melakukan “bagi-bagi doi”, “ba siram”, “kuti-kuti” dan ragam definisi soal kebaikan. Sehingga realitas hanya bisa disaksikan oleh mata, bukan lagi oleh nurani, lalu wajar kemudian jika banyak dari idola-idola tersebut walau pernah tersangkut kasus hukum namun tetap ditangisi dan diidolakan.

Politik Gorontalo didefinisikan sebagai aktifitas yang menghibur, menyenangkan, mempesona, dan menghanyutkan, mendapat ruang ruang yang mewah dan istimewa di dalam arena politik kita. Sebaliknya yang berkaitan dengan pembangunan peradaban, pendidikan karakter, perayaan gagasan dan pembelaan hak rakyat justru tidak mendapatkan ruang yang hidup dan aktif.

Kecenderungan yang ada saat ini, politik adalah instrumen untuk memuaskan hasrat diri meskipun kepuasan itu tak pernah terpenuhi. Lihat saja kediaman politisi kita seperti galeri mobil, bangunan megah bak istana dan perternakan properti yang tak ada habisnya. Pada taraf itu, hasrat terus-menerus mencari pemuas melebihi batas yang diperbolehkan, sehingga hal-hal yang amoral dan anti sosial terlampaui oleh hasrat itu sendiri.

Agama pun lebih banyak dijadikan alat legitimasi politik. Jubah hanya sekedar menjadi fashion politik semata. Jilbab adalah instrumen kampanye untuk dibagi-bagi agar bisa menambah pemilih. Program yang bertema spiritual hanya menjadi kedok bagi mobilisasi suara dan pengalihan opini publik agar citra menjadi positif.

Rumi, seorang sufi klasik ternama, mengatakan bahwa dunia adalah penjara hasrat yang tinggi, tetapi kuburan bagi hasrat yang rendah. Hasrat yang tinggi adalah hasrat pengabdian untuk kemanusiaan yang semata-mata ditujukan sebagai persembahan pada Pencipta, arenanya menembus batas-batas ruang dan waktu. Berbeda dengan hasrat rendah yang hanya diabdikan dan dikelola di seputar dunia dan dibawah langit.

RAMADAN, ARENA KEBANGKITAN POLITIK EMANSIPASI

Politik pada akhirnya kehilangan pola kepemimpinan yang hakiki, yang ada tinggal idola-idola yang bekerja untuk kepentingan personal dan kelompok ketimbang kepentingan publik. Politik seperti menjadi pasar, dimana orang lalu-lalang sambil memperdagangkan jualannya, ada lapak-lapak, ada pembeli, semuanya serba transaksional. Pada ujungnya hanya dimaksudkan pada pencarian laba yang bersifat eksploitatif.

Dalam meneropong arah politik dimasa depan, harus ada upaya-upaya untuk mengendalikan hasrat, banalitas, dan popularisme politik.

Salah satu arena untuk memperbaikinya adalah menjadikan Ramadan sebagai arena untuk membangkitkan sisi humanis dari politik yang terkotori. Ramadan mesti dijadikan ruang untuk menggalang politik alternatif dalam rangka menciptakan wajah politik yang lebih produktif, substantif, humanis, dan bermakna, yang di dalamnya warga tidak lagi menjadi pengikut, melainkan sebagai sesuatu yang aktif, yang mampu secara inovatif, dinamis dan kreatif membangun arena politiknya sendiri. Hal itu dinamakan politik emansipasi oleh Slavoj Zizek, filsuf politik asal Slovenia yang termasyhur abad ini.

Maka dengan itu, kedepan perlu penguatan politik yang lebih humanis, bermakna dan luhur dengan memperbanyak generasi ‘aktifis politik’, yaitu manusia yang mempunyai daya kritis, daya kreativitas, jiwa kepeloporan, keinginan berprestasi, hasrat inovasi tinggi, dan spiritualitas kuat, yang secara bersama-sama mampu membangun sebuah masyarakat Gorontalo yang tidak lagi dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar (kapitalisme, globalisasi), tetapi secara kreatif mampu memproduksi tafsir politiknya secara terang (Piliang, 2008).

Karena itu, maka Ramadan mestinya bukan lagi momen untuk menahan lapar dan haus, karena jika yang dilakukan oleh kita semua, maka tentu tidak akan menghasilkan manusia-manusia politik yang memiliki keluhuran nurani. Sebagaimana disampaikan oleh A-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin bahwa puasa ada tiga tingkatan: (1) Puasa yang disebut shaum al-umum yakni menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat seperti makan dan minum. (2). Puasa yang disebut shaum al-khusus (puasa khusus) yaitu menjaga lisan, mata dan pendengaran dari kemaksiatan. (3). Puasa yang disebut shaumu khusus al-khusus yakni puasa menjaga hati dan pikiran dari prasangka tercela.

Di Gorontalo, sejak Islam masuk pada tahun 1200 an dan menjadi agama resmi kerajaan pada tahun 1525, berarti sudah 499 kali Ramadan dilaksanakan. Pertanyaannya, apakah selama 499 kali Ramadan tersebut, adakah peradaban Gorontalo sudah semakin baik dan tertata untuk kemaslahatan rakyat? Ataukah malah peradaban kita menuju keadaban, dalam hal ini politik, yang semakin menurun kualitasnya hingga rakyat kita berada di memori yang sama ; “mana-mana jo pa ngoni” atau dalam bahasa Gorontalo “bolo tonulala toli mongoli”. Pertanyaan lanjut, masih butuh berapa kali Ramadan lagi untuk memperbaiki kondisi politik Gorontalo kita?

Tentu, kita semua tahu, siapapun manusia (termasuk aktor politik) tak ada yang bisa mengklaim bahwa umurnya akan panjang, sehingga ada perspektif umum yang berkembang biarlah nanti ada waktunya untuk memperbaiki diri (dalam hal ini taubat), untuk masa sekarang “seperti apa yang ada”, atau “sementara bagitu dulu”. Jika perspektifnya seperti itu, maka ratusan kali Ramadan, tak akan bisa mengubah peradaban dan manusia yang ada didalamnya.

Semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk bisa memperbaiki diri yang pada ujungnya adalah memperbaiki peradaban politik kita.

Continue Reading

Advertorial

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Raih Penghargaan Terbaik I dalam Pilmapres UNG 2024

Published

on

UNG – Kompetisi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tahun 2024 telah menghasilkan pemenang, dengan mahasiswa perwakilan Fakultas Kedokteran menjadi yang terbaik 1 dalam kategori sarjana di tingkat Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Kuni Zakiyyah, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, meraih gelar tersebut setelah mendapatkan nilai tertinggi, mengungguli perwakilan Fakultas Olahraga dan Kesehatan yang meraih terbaik II serta perwakilan Fakultas Teknik yang meraih terbaik III.

Ketua panitia Pilmapres 2024, Prof. Dr. Sukirman Rahim, M.Pd., menjelaskan bahwa penentuan pemenang pada kompetisi ini didasarkan pada penilaian yang dilakukan oleh para juri. Perwakilan dari Fakultas Kedokteran dinilai sebagai yang terbaik berdasarkan penilaian tiga komponen, yaitu capaian unggulan, gagasan kreatif, dan kemampuan berbahasa Inggris.

“Proses penilaian dalam Pilmapres dilaksanakan secara objektif oleh para juri yang memiliki kompetensi. Dengan seleksi yang objektif ini, diharapkan akan dihasilkan mahasiswa terbaik yang siap berkompetisi untuk mengharumkan nama UNG baik di tingkat wilayah maupun nasional,” ujar Sukirman.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Mohamad Amir Arham, M.E., menyampaikan selamat kepada mahasiswa terbaik dalam kompetisi Pilmapres 2024 UNG. Beliau berharap agar mahasiswa yang meraih prestasi tersebut dapat melanjutkan kompetisi di tingkat regional dan mengharumkan nama UNG di tingkat nasional.

Tidak hanya dalam kategori sarjana, Pilmapres juga membuka kompetisi untuk mahasiswa program vokasi dengan kategori D3. Dalam kategori tersebut, mahasiswa dari Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Shalwa Azahra, berhasil meraih gelar terbaik I.

Continue Reading

Advertorial

Peserta Lulus SNBP 2024 Tidak Bisa Mendaftar Jalur SNBT dan Seleksi Mandiri

Published

on

UNG – Kabar gembira datang bagi para calon mahasiswa yang telah lulus Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024. Namun, Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, S.T., M.T., memberikan peringatan penting bahwa peserta yang telah lulus SNBP tidak bisa lagi mendaftar melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2024.

Dalam pengumuman resmi, Rektor Wolok menegaskan bahwa kebijakan tersebut berlaku tidak hanya di UNG, tetapi juga untuk seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mendorong calon mahasiswa yang telah lulus SNBP untuk memanfaatkan kesempatan yang telah diperoleh dengan mendaftar ulang di perguruan tinggi yang dipilih saat mendaftar SNBP.

“Kebijakan ini diambil demi kepentingan para calon mahasiswa itu sendiri. Sehingga mereka yang telah lulus SNBP dapat memanfaatkan kesempatan yang ada,” ujar Rektor Wolok, yang juga menjabat sebagai wakil ketua II tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2024.

Menurut Rektor, keputusan ini sesuai dengan semangat SNPMB 2024 yang mengedepankan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan keadilan dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Oleh karena itu, para calon mahasiswa diharapkan untuk mengikuti prosedur pendaftaran ulang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Khusus bagi calon mahasiswa yang telah lulus SNBP di UNG, Rektor memberikan imbauan agar segera melaksanakan prosedur pendaftaran ulang sebagai calon mahasiswa UNG. Informasi mengenai syarat dan prosedur pendaftaran ulang dapat diakses melalui laman resmi Universitas Negeri Gorontalo di www.ung.ac.id atau pmb.ung.ac.id.

Dengan adanya peringatan ini, diharapkan para calon mahasiswa dapat memahami dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, sehingga proses penerimaan mahasiswa baru dapat berjalan dengan lancar dan transparan.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler