GORONTALO – Rakyat Provinsi Gorontalo tidak lama lagi akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo. Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada untuk memilih Gubernur akan digelar pada tahun 2024 mendatang.
Sejumlah tokoh-tokoh besar Gorontalo mulai digadang-gadang untuk berkantor di Botu, Kantor Gubernur.
Diantara tokoh Gorontalo yang digadang-gadang tersebut, jika dirunut dari usia, ada yang kini telah berusia 68 tahun dan yang paling muda berusia 45 tahun.
Tokoh Gorontalo yang paling senior adalah Roem Kono, kini menjabat Duta Besar Indonesia untuk Bosnia yang saat ini berusia 68 tahun, Indra Yasin yang sementara menjabat Bupati Kabupaten Gorontalo berusia 67 tahun, Idris Rahim yang juga Wakil Gubernur Gorontalo kini berusia 67 tahun, Toni Uloli pengusaha dan politisi Partai Golkar telah berusia 62 tahun dan Marten Taha yang menjabat Wali Kota Gorontalo kini telah memasuki usia 62 tahun. Nama-nama tersebut adalah tokoh Gorontalo yang sedang digadang-gadang menjadi Calon Gubernur yang berusia diatas 60 tahun.
Pada usia 50 tahun ke atas ada nama-nama tokoh seperti Rahmat Gobel kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI yang berusia 59 tahun, Nelson Pomalingo yang menjabat Bupati Gorontalo berusia 59 tahun, Dany Pomanto yang baru terpilih sebagai Walikota Makassar dengan usia 57 tahun, Idah Syaidah yang juga istri Gubernur Rusli Habibi dan kini menjabat sebagai Anggota DPR RI telah berusia 57 tahun, Abdullah Gobel yang juga pengusaha dan dik dari Rahmat Gobel telah usia 54 tahun dan terakhir adalah Hamim Pou yang juga Ketua DPW Nasdem Gorontalo sekaligus Bupati Bone Bolango telah berusia 52 tahun.
Hal yang menarik ada pada tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni baik dari kapasitas maupun kompetensi namun masih berusia dibawah 50 tahun seperti Syarif Mbuinga, mantan Bupati Pohuwato yang kini berusia 48 tahun, ada juga Elnino Mohi, anggota DPR RI yang berusia 47 tahun serta Eduart Wolok yang kini menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Gorontalo dengan usia 45 tahun.
Jika melihat data di atas, maka Pilkada Gubernur Provinsi Gorontalo pada tahun 2024 nanti, akan menjadi persaingan tiga generasi yaitu generasi yang berusia diatas 60 tahun, generasi yang berusia diatas 50 tahun dan generasi yang berada di bawah 50 tahun.
Pohuwato – Kasus dugaan percobaan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur mengguncang masyarakat Kabupaten Pohuwato. Insiden tersebut terjadi pada Senin dini hari, 9 Juni 2025 sekitar pukul 01.12 WITA, dan telah dilaporkan secara resmi melalui Laporan Polisi Nomor: LP/91/VI/2025/SPKT/Res-Phwt/Polda-Gtlo.
Korban dalam peristiwa ini adalah seorang remaja perempuan berinisial YPM, sementara pelaku diketahui berinisial YT. Berdasarkan keterangan Kapolres Pohuwato, AKBP Hi. Busroni, S.I.K., M.H., pelaku masuk ke kamar korban melalui jendela rumah dengan menggunakan gunting yang diambil dari dapur.
“Saat berada di dalam kamar korban, pelaku membuka celananya dan berupaya melakukan tindakan asusila. Namun, korban yang terbangun langsung berteriak histeris. Pelaku kemudian panik dan melakukan penganiayaan sebelum akhirnya melarikan diri dari lokasi,” jelas Kapolres Busroni dalam keterangan resmi, Minggu (15/06/2025).
Pihak kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti di lokasi kejadian, antara lain satu buah gunting, sepasang sandal jepit, serta rekaman CCTV yang turut beredar luas di media sosial dan memicu perhatian publik.
Saksi pertama dalam kasus ini adalah DYM, seorang pelajar/mahasiswa yang berdomisili di Desa Sipatana, Kecamatan Buntulia.
Setelah sempat buron selama beberapa hari, pelaku YT akhirnya menyerahkan diri ke Polres Boalemo pada Minggu (15/06/2025), dengan didampingi pihak keluarga. Tim Resmob Polres Pohuwato langsung menjemput dan mengamankan pelaku untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Penyidik telah melakukan pemeriksaan awal, pengumpulan alat bukti, dan gelar perkara untuk memberikan kepastian hukum kepada korban dan keluarganya.
“Kami tegaskan bahwa kasus ini akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Ini adalah bentuk komitmen kami dalam melindungi anak-anak dan menjaga keamanan masyarakat,” tegas AKBP Busroni.
Kasus ini mendapat perhatian luas masyarakat, terutama karena menyangkut korban di bawah umur dan disertai bukti visual yang telah tersebar di publik.
NEWS – Gusti Irwan Wibowo, atau dikenal publik sebagai Gustiwiw, dikabarkan meninggal dunia pada Minggu, 15 Juni 2025, pada usia 26 tahun. Kabar duka ini disampaikan langsung oleh stasiun radio JAK 101 FM lewat unggahan di Instagram mereka, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Gusti Irwan Wibowo, meninggal dunia.”
Di media sosial, banyak rekan sejawat seperti Rigen dan Ananta Rispo juga mengungkapkan belasungkawa serta mendoakan sang sahabat agar mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Hingga saat ini, penyebab meninggalnya belum diungkap publik .
Di India, Aditya Tiwari mencetak sejarah sebagai pria lajang pertama yang berhasil mengadopsi anak berkebutuhan khusus—melebihi batas usia hukum—demonstrasi cinta, keberanian, dan aksi nyata untuk inklusivitas.
Aditya (28) bertemu Avnish, bayi dengan Down Syndrom, di panti asuhan saat usianya baru enam bulan. Sepintas, ini tampak seperti momen spontan; namun perjalanan panjang menanti demi bisa menyatukan mereka secara legal sepanjang 18 bulan penuh tantangan.
Aditya awalnya dikenalkan dengan Avnish pada 13 September 2014 di sebuah panti asuhan di Bhopal. Setelah mengetahui kondisi sang anak yang punya cidera fisik, tumor, dan Down syndrom, ia bertekad: “Berikan dia padaku.”
Salah satu rintangan terberat adalah terkait dengan undang-undang di India yang mengizinkan adopsi orang tua tunggal baru pada usia minimal 30 tahun. Selain itu, ia menghadapi juga tekanan dari keluarga dan masyarakat. Dia dianggap “membuang-buang waktu” sebagai pria yang akan mengurus anak.
Tuntutan Aditya dengan mengirimkan surat bahkan ke perdana menteri mendorong India merevisi regulasi usia minimum adopsi menurun menjadi 25 tahun. Pada 1 Januari 2016, ia resmi menjadi ayah Avnish.
Tidak berhenti sampai disitu, setelah pengangkatan, muncul masalah kesehatan terhadap Avnish. gangguang kesehatan seperti sembelit akut, gangguan tiroid, strabismus, dan jantung berlubang. Aditya harus pun mengambil cuti selama lima bulan untuk pendampingan penuh, dan Avnish akhirnya bisa berjalan, dan lubang di jantungnya dapat tertutup.
Kini Aditya berfokus pada advokasi memfasilitasi pekerjaan dan rumah bagi anak berkebutuhan khusus, memberikan konseling pengasuhan, hingga menjadi pembicara di India, Bhutan, Nepal, Myanmar, dan PBB (2019).
Pada Hari Perempuan Internasional 2020, Aditya dinobatkan “Ibu Terbaik Dunia” oleh WEmpower Bengaluru, sebuah penghargaan yang menghapus batasan gender pengasuh. Ia menolak dipanggil “ayah” atau “ibu”; bagi Aditya, dirinya adalah “orang tua”.
Di hari ulang tahun Avnish, Aditya menulis surat yang berisi pesan tentang kesabaran, doa, dan rasa syukur agar kelak sang anak menghargai perjuangan dan cinta di balik adopsinya.
Aditya berharap stigma “kesanggupan pengasuh berdasar gender” bisa musnah, dan menegaskan bahwa “Mengasuh anak tidak didasarkan pada jenis kelamin.” Ia berharap semua anak, tak terlepas kondisi fisik, dapat menyatu dalam keluarga penuh cinta.