Connect with us

News

Warga Marisa Selatan Dikabarkan Hilang Diperairan Pulau Lahe

Published

on

GORONTALO – Seorang warga Desa Marisa Selatan, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato dikabarkan hilang saat memanah ikan di wilayah perairan pulau lahe bersama dengan rekan-rekannya, (20/1/2023) malam.

Sebelumnya, Praditya Batelemi (40) bersama ke 7 rekannya berangkat ke pulau lahe pukul 19.00 untuk memanah ikan. Setelah tiba di lokasi Praditya dengan empat temannya bergegas untuk menyelam mencari ikan, sisanya menunggu di pulau.

Setelah menunggu cukup lama, rekan korban berusaha mencari keberadaan korban Praditya, pasalnya hanya Praditya lah yang belum naik kepermukaan setelah menyelam mencari ikan.

Usai melakukan pencarian dan tak membuahkan hasil, rekan-rekan korban mengabari peristiwa ini ke kantor pencarian dan pertolongan orang Pohuwato. Mendapat informasi tentang ada korban hilang di wilayah perairan pulau lahe tim segera menindaklanjuti informasi tersebut.

Komandan Pos Basarnas Alfrits R. Roti, menyampaikan setelah melakukan pencarian di perairan Pulau lahe timnya belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban sehingga memutuskan untuk menunda pencarian karena terbatasnya jarak pandang.

“Jadi kami melakukan penundaan untuk pencarian korban sebab berdasarkan SOP yang ada untuk tidak melakukan pencarian malam hari, karena terbatasnya jarak pandang kita apalagi laut dalam suasana arus yang extrim namun pencarian akan kami lanjutkan pada esok hari pukul 07.00 bersama gabungan tim penyelamatan mengunakan alat diving,” Jelasnya.

Gorontalo

Siang Hari Tak Aman Lagi, BMKG Peringatkan Matahari pukul 10–16 Paling Berbahaya!

Published

on

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas langsung di bawah terik matahari antara pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Imbauan ini disampaikan menyusul meningkatnya suhu udara di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kenaikan suhu ini erat kaitannya dengan posisi gerak semu matahari yang kini berada di selatan ekuator. Hal tersebut membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima paparan radiasi matahari paling intens. Selain itu, pengaruh Monsun Australia turut menambah suhu udara kering dan sensasi panas di banyak daerah.

Menurut BMKG, suhu maksimum udara di beberapa wilayah Indonesia kini mencapai 38 derajat Celsius, termasuk di Karanganyar (38,2°C), Majalengka (37,6°C), Boven Digoel (37,3°C), dan Surabaya (37,0°C).

“Perbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menurunkan suhu tubuh,” ujar Guswanto, Selasa (14/10/2025).

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan pelindung diri seperti topi, kacamata hitam, payung, dan tabir surya (sunscreen), serta menghindari aktivitas fisik berat di luar ruangan pada siang hari. Kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis diminta mendapat perhatian khusus karena mudah mengalami dehidrasi dan kelelahan akibat suhu tinggi.

BMKG menambahkan bahwa meskipun kondisi ini tergolong normal saat peralihan musim kemarau ke musim hujan (pancaroba), dampaknya kini terasa lebih ekstrem karena faktor perubahan iklim global dan urbanisasi yang memperparah efek panas permukaan.

Fenomena serupa juga diakui oleh Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani yang menyebut, “Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan”.​

Sementara itu, laporan menyebut bahwa lebih dari 20 wilayah di Indonesia mencatat suhu hingga 37°C antara 16–17 Oktober 2025. Kondisi serupa juga kerap di cuitkan netizen di wilayah Gorontalo. Data BMKG mencatat bahwa cuaca panas ekstrem diprediksi berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November sebelum musim hujan tiba.​

BMKG memastikan fenomena ini bukan gelombang panas (heatwave), melainkan bagian alami dari periode pancaroba. Namun, masyarakat tetap diminta waspada, karena paparan langsung sinar ultraviolet pada pukul 10.00–16.00 dapat berdampak serius pada kesehatan kulit, mata, serta sistem tubuh.

Continue Reading

Gorontalo

Terik Tak Wajar di Gorontalo! BMKG Pastikan Suhu Panas Masih Akan Berlanjut

Published

on

Beberapa hari terakhir, masyarakat di Provinsi Gorontalo dan sejumlah wilayah Indonesia mengeluhkan suhu udara yang terasa jauh lebih terik dari biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan fenomena panas tersebut merupakan efek dari pergeseran posisi matahari ke belahan selatan serta minimnya pembentukan awan hujan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan penyebab utama peningkatan suhu ini.
“Saat ini kenapa terlihat panas? Karena di sisi selatan matahari sekarang itu udah bergeser di selatan wilayah Indonesia,” ujarnya usai Ekspose Pengendalian Karhutla Tahun 2025 di Jakarta, Senin (13/10/2025).

Guswanto menambahkan, minimnya aktivitas awan di lapisan atmosfer menyebabkan radiasi sinar matahari langsung mengenai permukaan tanah tanpa penghalang.
“Ini juga menyebabkan pertumbuhan awan hujan itu juga sudah jarang di wilayah selatan,” tambahnya.

Menurut BMKG, suhu udara normal di wilayah perkotaan biasanya berkisar antara 31–34 derajat Celcius, namun dalam beberapa hari terakhir, beberapa wilayah mencatat suhu hingga 36–38 derajat Celcius. Data BMKG pada 13 Oktober 2025 memperlihatkan rata-rata temperatur udara di berbagai kota besar berada di kisaran 27–35 derajat Celcius.

Fenomena ini juga dirasakan di Gorontalo. Berdasarkan laporan BMKG Stasiun Djalaluddin, suhu udara di wilayah Gorontalo dan sekitarnya mencapai 34 hingga 35 derajat Celcius pada siang hari dengan kelembapan 60–95 persen. Cuaca umumnya cerah dan berawan, sementara hujan ringan baru diprediksi turun pada pekan depan.​

Menurut prakiraan cuaca mingguan BMKG, suhu panas ekstrem akan bertahan hingga akhir Oktober atau awal November 2025 sebelum memasuki musim hujan secara merata di seluruh Indonesia. Guswanto menegaskan bahwa kondisi ini bersifat musiman dan akan mereda seiring pergeseran posisi matahari ke utara ekuator pada November nanti.​

Sementara itu,  saat ini dilaporkan suhu tertinggi nasional saat ini tercatat di Kupang, Kalimantan Barat, dan Majalengka, menembus 37 derajat Celcius, dan diperkirakan berangsur menurun menjelang akhir bulan.​​

Kondisi panas ekstrem tahun ini juga diperkuat oleh fenomena El Niño dan pengaruh monsun Australia, yang membawa udara kering dan hangat ke sebagian besar wilayah Indonesia. BMKG menjelaskan kondisi ini membuat awan sulit terbentuk, sehingga wilayah Indonesia lebih banyak menerima radiasi matahari langsung.​

Ahli klimatologi Andri Ramdhani, memaparkan bahwa suhu ekstrem seperti ini semakin sering muncul akibat perubahan iklim global dan efek urban heat island, terutama di wilayah perkotaan padat penduduk.

Dalam imbauannya, BMKG mengingatkan warga tetap waspada terhadap potensi dehidrasi, kelelahan, dan kebakaran lahan akibat tingginya suhu udara. Warga disarankan mengurangi aktivitas luar ruangan di siang hari, menggunakan pelindung kepala, dan memperbanyak asupan cairan.

Continue Reading

Kesehatan

Seorang Pria Ungkap 87 Persen Lansia Laki-Laki Terlantar Karena Menyakiti Pasangannya

Published

on

Sebuah video viral menyoroti realita kelam kehidupan lansia terlantar di Indonesia. Dalam video berdurasi dua menit yang ramai di platform media sosial, seorang pria bernama Arief Camra dari Griya Lansia Malang, Jawa Timur menceritakan hasil penelitiannya setelah puluhan tahun terjun langsung di bidang perawatan lansia.

“Delapan puluh tujuh persen lansia terlantar yang laki-laki, kurang lebih jumlahnya 300 orang, itu dimulai dari menyakiti pasangannya,” ujar Arief dalam video yang kini banyak dibagikan warganet.​

Arief mengaku telah merawat lebih dari 500 lansia terlantar di Griya Lansia Husnul Khatimah, Wajak, Kabupaten Malang—sebuah rumah perawatan bagi mereka yang ditinggalkan keluarga atau terlantar tanpa sanak saudara. Arief menyebutkan bahwa saat ini lembaganya menampung 194 lansia dari berbagai daerah, dan sejak berdiri telah merawat lebih dari 480 orang lansia dengan 290 di antaranya meninggal dunia di panti yang dikelolanya.​

Fenomena penelantaran lansia ini bukanlah kasus sepele. Menurut Tempo (2025) dan Kompas.com, Indonesia kini memasuki era penuaan populasi dengan jumlah penduduk lanjut usia (di atas 60 tahun) mencapai sekitar 36 juta jiwa atau 11 persen populasi. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi lansia terbesar di Asia Tenggara.​

Data dari CNN Indonesia dan Kementerian Sosial (2025) melaporkan bahwa sebagian besar lansia terlantar berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, sering kehilangan kontak dengan keluarga, serta minim dukungan kesehatan dasar.
Kondisi sosial ini diperparah oleh rendahnya kesadaran keluarga dalam merawat anggota usia lanjut.

Arief Camra yang dikenal kerap mengevakuasi lansia secara mandiri berharap masyarakat lebih peka terhadap tanggung jawab sosial.
“Banyak dari mereka yang dulu keras atau menyakiti pasangannya, tapi di masa tua tidak punya siapa-siapa. Tugas kami bukan menghakimi, tapi merawat mereka dengan kasih,” katanya dalam wawancara dilansir dari Tribun News Bogor.​

Fenomena ini menimbulkan perdebatan publik mengenai hubungan antaranggota keluarga di usia senja. Sejumlah netizen menyebut pernyataan Arief sebagai wake-up call agar keluarga tidak mengabaikan tanggung jawab mereka.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) juga pernah menyinggung soal krisis moralitas dalam perawatan lansia di Jawa Timur, menegaskan bahwa “penelantaran lansia termasuk pelanggaran nilai kemanusiaan, bukan sekadar masalah keluarga”.​

Continue Reading

Facebook

Terpopuler