Connect with us

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Pandangan Akademisi UNG Tentang Perbedaan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H

Published

on

Ilustrasi gambar: tni-au.mil.id

UNG – Meskipun memiliki hari yang berbeda dalam menentukan 1 Syawal, baik Muhammadiyah maupun Pemerintah, hal ini bukan menjadi alasan untuk tidak merawat tali persaudaraan. Sebagai Akademisi Universitas Negeri Gorontalo, DR Ir. Arifin Matoka, MT menilai perbedaan yang terjadi di tahun ini tidak boleh diperhadap- hadapkan, karena masing-masing memiliki metodologi tersendiri dalam menentukan 1 Syawal.

Ia mengatakan bahwa Muhammadiyah menggunakan Metode Hisab bul Hilal (Menghitung kedudukan bulan), sementara pemerintah melakukannya dengan metode Rukyatul Hilal (Melihat wujudnya bulan) sehingga secara ilmiah sebuah kesimpulan akan sulit sama jika dia tidak menempuh metode sama dalam rangka memvalidasi sebuah kesimpulan.

Untuk persoalan penentuan Hilal baik Muhamadiyah maupun Pemerintah.

“Masing-masing memiliki tim pakar di bidang astronomi. Sehingga antara dua perbedaan ini tidak boleh kita perhadap-hadapkan karena metodologinya berbeda,” demikian penjelasan Arifin sebagai dosen Teknik UNG yang mengampu mata kuliah Metodologi Riset.

Metodologi Hisab memakai perangkat :
1. Kajian pustaka Hisab seperti Macam macam hisab seperti,
a. Hisab urfi ( perhitungan tradisional dimulai dari penetapan 1 Hijiah 1 Muharram bertepatan 16 juli 622 M.
b. Hisab Haqiqi proses penentuan bulan pada saat matahari terbenam Kedudukan Matahari dan Bulan yang ditentukan dengan koordinat eklpitika diproyeksikan ke equator dengan koordinat equator.

Dengan demikian diketahuilah mukuts hilal (jarak sudut lintasan Matahari dan Bulan pada saat terbenamnya Matahari). Ada beberapa metode Lagi hisab Hakiki ini seperti Hisab hakiki taqribi, Hisab hakiki tahqiqi, Hisab Hakiki kontemporer.

2. Menggunakan perhitungan trigonometri

3. Menggunakan Tabel
Logaritma dan daftar geometri

3. menggunakan aplikasi perhitungan Komputer dan visualisasi, animasi serta bisa dibuat simulasi.

Metodologi Rukyat.
1.Menentukan lokasi
2. Memastikan Kondisi
3. Memastikan Situasi
4. Pengamatannya Dapat divalidasi yaitu paham ilmu astronomi dan disumpah
5. Menggunakan alat teropong yg presisi.

Arifin menambahkan, dalil yang dipegang oleh metodologi Rukyat yakni dari ulama 4 Mazhab yakni dengan MELIHAT’.

Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 185… Yaitu

ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ
“Artinya barang siapa MELIHAT bulan maka berpuasalah.

Sementara Al Hadits, driwayatkan dari Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah kalian dengan MELIHAT hilal (Bulan) dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan MELIHAT hilal (Bulan) Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya’ban menjadi 30 hari,” (HR Bukhari dan Muslim),..” jelas Arifin.

“Jadi dalam Alquran maupun hadits yg sahih dari dalil ini hanya ada kata MELIHAT, tidak ada kata HISAB,” katanya.

Menurutnya, untuk Indonesia sejalan dengan petunjuk ulama. Daerahnya yang luas dan berbeda-beda maka ada sidang isbath. Untuk mengambil dalil dari seluruh saksi yang memantau hilal diatas sumpah dengan Metode Rukyatul Hilal seperti itu.

Berdasarkan kesepakatan maka dibuatlah keputusan dan begitulah petunjuk dan syaratnya para ulama mengambil hukum penetapan berpuasa atau berhari raya berdasarkan Al-Qur’an, assunah dan ijtihad nya para imam Mazhab dalam membimbing umatnya.

Sudah menjadi diskusi yang panjang dan sudah dibuktikan menurut keterangan para pakar astronomi dibawah 2 derajat itu hilal belum terlihat dengan menggunakan teropong secanggih apapun . Bahkan 2 derajat masih sangat rentan bila di halangi awan untuk terlihat. Maka kesepakatan oleh siapa pun para pakar ormas bahwa hilal bisa terlihat nanti pada 3 derajat.

KENAPA DI ARAB SAUDI IDUL FITRI NYA HARI JUM’AT? (CNN.Com)

BEGINI PENJELASANNYA, misalnya di Gorontalo pada saat waktu matahari terbenam, bulan tidak terlihat tetapi dalam hitungan teori ada diatas ufuk 1.4 derajat seperti dalam laporan saksi H. Rizan Adam S.Pd M.Hi diatas sumpah saksi Depag tsb menyatakan TIDAK MELIHAT walaupun sudah menggunakan teropong tercanggih saat ini (ingat Anggi Depag itu besar).

Selanjutnya di Arab Saudi 8 jam kemudian sudah malam tetapi perjalanan bulan ketika dilihat di Saudi sudah bukan 1,4 derajat melainkan mencapai 3 derajat artinya jelas terlihat sehingga dipastikan mereka telah bisa ber idul Fitri.

Makanya Ibnu Katsir menafsirkan ayat 185 Al-Baqarah tadi dengan melihat itu di daerahmu sendiri bukan mendengar kabar melihat di daerah orang lain. Sehingga kalau dalilnya kita mengikuti Arab Saudi mestinya kita solat idul Fitri bukan jam 6 pagi tapi harus jam 12 atau jam 1 Siang.

Makanya dulu ada ilmu orang tua dulu ada yg di sebut dulahu mopobuka yakni jam 12 batal puasa tetapi hari raya tetap besoknya.
Makanya besok magrib ditempat yg sama di markas Polairud Leato itu munculnya bulan bukan lagi 3 derajat tapi sudah tinggi bahkan bisa 5 derajat.

Sehingga tidak usah menyesal karena sebenarnya 1 Syawal itu terjadi di waktu tengah hari tetapi karena ada tuntunan Rasulullah dalam hadis diatas digenapkan 1 hari jadi wajar logika nya derajat ketinggian bulan besok nya sudah bertambah.

Jadi bisa saja Allah hanya membuktikan bahwa hitungan mu dengan teorimu serta kecanggihan teknologi mu, kamu tidak bisa berbuat apa apa kecuali kamu harus tunduk pada Ayat Ku dan pada sunah Nabi Ku.

Begitu lah isi diskusi grup Fakultas Teknik UNG yang di pandu oleh DR. Ir. Salahudin Olii MT. Sehingga dalam diskusi itu DR. Ir. Sardi Salim Mpd selaku Dekan Fakultas Teknik turut menambahkan Rukyah dan Hisab (perhitungan) memiliki dasar kajian yg benar.

Penegasannya eeperti disebutkan dalam beberapa isyarat ayat QS. ar-Rahman ayat 5:
“Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan.”; dan QS. Yunus ayat 5: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).”

Jadi tidak perlu dipertentangkan karena itulah kebesaran Islam, tidak hanya mengajarkan landasan agama tapi kehidupan semesta alam.., saya pribadi mengikuti ketetapan Pemerintah karena dasar penetapannya selain dari hadits Nabi juga didukung para ahli dan organisasi berkompeten.

Jadi kesimpulannya kenapa dalam kasus ini perhitungan nya semestinya metodologi Hisab bisa dibuktikan dengan kita bisa melihat bulan karena logika nya kedudukan bulan sudah ada diatas ufuk dan menurut hitungan bulan itu sudah ada itu juga didukung oleh gerhana matahari artinya bulan baru fasenya sudah dimulai. Tetapi pada kenyataannya wujud Hilal belum nampak ?
Ini fenomena yang akan terus terjadi sampai kiamat.

Namun dalam beberapa kondisi kedua metode ini bisa bertemu jika kondisi wujudul Hilal ada pada derajat ketinggian yang memenuhi syarat seperti awal Ramadan tahun ini.

Arifin menutup sebenarnya Apa sih rahasia yang disembunyikan Allah dalam fenomena ini.

“Jadi bisa saja Allah hanya ingin menyatakan dan membuktikan bahwa hitungan dengan teorimu serta kecanggihan teknologi mu kamu tidak bisa berbuat apa-apa kecuali kamu harus tunduk pada Ayat Ku dan pada sunah Nabi Ku,” tandasnya.

Advertorial

Humas dan Protokol UNG Siap Unjuk Kinerja di Ajang Bergengsi Kemdiktisaintek 2025

Published

on

UNG – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) kembali menyelenggarakan Anugerah Humas dan Protokol Tahun 2025, sebuah ajang bergengsi yang memberikan penghargaan kepada perguruan tinggi atas kinerja unggul dalam bidang kehumasan dan keprotokolan.

Menanggapi agenda strategis ini, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menyatakan kesiapan penuh untuk berpartisipasi dan menunjukkan kualitas terbaiknya. Melalui Biro Keuangan, Kerja Sama, dan Umum (BKKU), UNG mengusung semangat berkompetisi secara sehat sekaligus mengukir prestasi di tingkat nasional.

Ketua Kelompok Kerja Kerja Sama dan Humas UNG, Noval Sufriyanto Talani, menegaskan bahwa keikutsertaan UNG dalam ajang ini adalah wujud nyata dari komitmen institusi dalam memperkuat fungsi kehumasan dan keprotokolan sebagai bagian penting tata kelola perguruan tinggi modern.

“Partisipasi dalam Anugerah Humas dan Protokol ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi tentang menunjukkan peran strategis Humas dan Protokol sebagai garda terdepan dalam menyampaikan informasi, membangun citra positif, dan memastikan transparansi serta akuntabilitas institusi,” ujar Noval.

UNG telah mempersiapkan berbagai inovasi dan program strategis sebagai bentuk kesiapan menghadapi berbagai kategori penilaian dalam ajang tersebut. Hal ini sekaligus menjadi bukti kualitas dan profesionalisme tim kehumasan dan protokol UNG dalam mengelola informasi publik dan pelaksanaan kegiatan resmi universitas.

Adapun kategori yang akan dinilai dalam ajang ini mencakup:

  • Pengelolaan laman resmi institusi,

  • Media sosial,

  • Siaran pers dan publikasi,

  • Majalah atau buletin institusi,

  • Profil insan humas,

  • Unit Layanan Terpadu (ULT), serta

  • Pengelolaan keprotokolan.

Ajang Anugerah Humas dan Protokol Kemdiktisaintek 2025 diharapkan menjadi platform untuk saling berbagi praktik terbaik dan memperkuat jaringan antarhumas perguruan tinggi di Indonesia.

“UNG bertekad tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai institusi yang mampu menginspirasi dan membawa nama baik kampus di kancah nasional,” tutup Noval.

Continue Reading

Advertorial

Pengukuhan 11 Guru Besar UNG: Simbol Keunggulan Akademik di Kawasan Timur Indonesia

Published

on

Pengukuhkan 11 Guru Besar Tetap dalam Sidang Terbuka Senat Universitas yang berlangsung di Auditorium UNG || Foto Istimewa

UNG – Universitas Negeri Gorontalo (UNG) kembali menorehkan sejarah penting dalam pengembangan akademik dengan mengukuhkan 11 Guru Besar Tetap dalam Sidang Terbuka Senat Universitas yang berlangsung di Auditorium UNG, Selasa (24/06/2025).

Upacara pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor UNG, Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, S.T., M.T., IPM., ASEAN.Eng., yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa capaian ini merupakan tonggak strategis bagi UNG dalam memperkuat kapasitas keilmuan dan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

“Pengukuhan ini bukan sekadar seremoni akademik, tetapi bentuk pengakuan atas kontribusi keilmuan luar biasa yang telah diberikan oleh para dosen. Ini juga menjadi motivasi bagi sivitas akademika lainnya untuk terus berinovasi dan berprestasi,” ujar Prof. Eduart.

Ia menegaskan bahwa kehadiran para profesor baru ini akan memperkokoh posisi UNG sebagai pusat keunggulan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di kawasan timur Indonesia.

Adapun nama-nama Guru Besar Tetap yang dikukuhkan dalam acara ini, meliputi:

Prof. Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, M.Si.

Prof. Dr. Nety I. Ishak, M.Si.

Prof. Dr. Lukman Abdul Rauf Laliyo, M.Pd.

Prof. Dr. Nurdin, S.P., M.Si.

Prof. Dr. Sukirman Rahim, M.Si.

Prof. Dr. Sunarty Suly Eraku, S.Pd., M.Pd.

Prof. Dr. Sastro M. Wantu, M.Si.

Prof. Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd.

Prof. Dr. Fitryane Lihawa, M.Si.

Prof. Dr. rer. nat. Mohamad Jahja, S.Si., M.Si.

Prof. Dr. Ismail Djakaria, M.Si.

Momen pengukuhan tersebut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, para dekan, kolega akademisi, serta keluarga besar para guru besar. Suasana penuh rasa haru dan kebanggaan menyelimuti seluruh rangkaian acara, khususnya saat masing-masing guru besar menyampaikan orasi ilmiah yang mencerminkan kedalaman riset dan dedikasi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.

Dengan bertambahnya 11 guru besar ini, UNG semakin menegaskan komitmennya untuk menjadi institusi pendidikan tinggi yang unggul, berkarakter, dan berdaya saing global.

“Ini adalah bentuk nyata dari transformasi mutu akademik UNG. Kami terus mendorong lahirnya guru besar yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berdampak nyata bagi masyarakat,” tutup Rektor Eduart.

Continue Reading

Advertorial

Rektor UNG Soroti Kesenjangan Pendidikan Dasar hingga Tinggi di Forum MSA-PTNBH

Published

on

UNG – Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, S.T., M.T., tampil sebagai narasumber dalam Sidang Paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA-PTNBH) yang diselenggarakan pada 19–21 Juni 2025 di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Dalam undangan resmi yang ditandatangani Ketua MSA-PTNBH Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA dan Wakil Ketua Prof. Dr. Syafrizal Sy, Prof. Eduart dijadwalkan mengisi sesi diskusi strategis bertema:

“Sinkronisasi Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Sistem Pendidikan Tinggi”

Diskusi ini digelar Jumat, 20 Juni 2025, di Ballroom Lantai 4 Mall Ciputra World, Surabaya, dan menjadi ruang penting bagi pimpinan perguruan tinggi untuk mengevaluasi kesinambungan lintas jenjang pendidikan serta merumuskan kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang lebih relevan dan adil.

Dalam paparannya, Prof. Eduart menegaskan bahwa kualitas pendidikan tinggi tidak bisa dilepaskan dari kualitas pendidikan dasar dan menengah. Ia mendorong perlunya reformasi sistem rekrutmen mahasiswa baru yang transparan, akuntabel, dan mampu menjamin keadilan akses.

“Jika input dari pendidikan dasar dan menengah tidak kuat, maka pendidikan tinggi akan terus menghadapi tantangan kualitas. Sinkronisasi ini adalah pekerjaan bersama,” tegas Prof. Eduart.

Kehadiran Rektor UNG dalam forum nasional ini mencerminkan pengakuan terhadap kapasitas intelektual dan peran strategis UNG dalam mengembangkan kebijakan pendidikan nasional yang berkelanjutan dan berbasis keadilan.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler