Connect with us

News

Galeri Riden Baruadi Melalui Tupalo Gelar Pameran Seni Rupa

Published

on

GORONTALO – Bertajuk Walama #2 (seri kedua) Galeri Riden Baruadi melalui Tupalo (komunitas perupa Gorontalo) menggelar pameran seni rupa dengan melibatkan 35 seniman, 15 diantaranya adalah seniman dari Yogyakarta dan Bali.

Pameran ini terbuka untuk umum dan akan berlangsung dari tanggal 18 sampai 28 Oktober 2021. Sebagaimana yang tercantum pada tajuknya, pameran kali ini sudah yang kedua.

Pameran ini diselenggarakan dengan format yang sama, yakni menghadirkan karya-karya seniman jejaring Tupalo, yang berada di kantung-kantung seni Indonesia, seperti Yogyakarta dan Bali.

Menurut para penggagas pameran, geliat kesenian khususnya di bidang seni rupa di Gorontalo sudah mengundang perhatian dunia seni Indonesia sejak beberapa tahun lalu, terbukti dari beberapa pameran kolaboratif yang berulang kali telah dilakukan oleh Tupalo bersama komunitas-komunitas seni yang ada di kantung-kantung kesenian Indonesia.

Pameran ini diharapkan dapat menciptakan kondisi saling mengisi antar-seniman di Indonesia, terutama antara daerah-daerah yang baru memulai menggeliatkan aktivitas berkeseniannya dengan daerah-daerah yang telah mapan dalam berkesenian.

“Spirit yang kami ambil di situ (Walama) adalah membangun jejaring agar bisa saling mengisi. Kita (seniman Gorontalo) diharapkan dapat duduk bersama dan saling dukung dengan seniman-seniman dari luar Gorontalo,” kata Awal, salah satu penggagas pameran.

Sementara menurut Wayan Seriyoga Parta, kurator pameran, “Walama #2” menjadi semacam pembuktian bahwa Gorontalo mampu mengambil kesempatan dalam mengembangkan geliat berkesenian di luar
kantung-kantung seni yang telah ada sebelumnya di Indonesia.

“Pameran ini menurut saya adalah sebuah solidaritas baru [antar-seniman di Indonesia] di masa pandemi yang harus disyukuri. Bahwa karya dari seniman-seniman yang mempunyai capaian-capaian di tingkat nasional hadir di momen ini, di tempat ini,” ujarnya.

Ketika menyebutkan seniman dengan capaian tingkat nasional dia mengambil contoh salah satunya yakni Nyoman Erawan, seniman ternama asal Bali, karya-karyanya banyak mendapat ulasan dan penghargaan karena dianggap mampu mendialogkan antara simbol-simbol tradisional budaya Bali dengan dunia modern.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bone Bolango

Jangan Terbuai Janji PT GM, Baca ini Kalau Tidak Percaya

Published

on

Tulisan oleh Supriadi Alaina (Ketua Forum Penambang Rakyat Bone Bolango)

Gorontalo – Konflik ribuan penambang rakyat dengan PT Gorontalo Minerals (GM) kayaknya nggak bakal selesai hanya dengan janji-janji manis.

Jalan keluarnya cuma satu: lahan konsesi PT GM harus diciutkan, sebagian diserahkan jadi Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).

Belakangan ini PT GM lagi rajin banget bikin pencitraan. Tumben. Entah karena mau nampak manis di mata investor biar gampang cari dana segar di bursa, atau karena bau amis perizinan mereka mulai terendus publik.

Isu yang mereka jual cuma dua: janji rekrut tenaga kerja dan peluang ekonomi lokal lewat rantai pasok.

Mari kita kupas satu-satu.

Pertama soal Janji Rekrut Tenaga Kerja

Kata PT GM, mereka bakal utamakan orang lokal. Tapi… coba perhatikan, mereka tidak berani sebut angka berapa persen.

Perusahaan sekelas mereka biasanya butuh tenaga kerja di dua tahap:

Fase Konstruksi.

Fase ini katanya bisa serap sampai 1.000 orang bahkan lebih. Tapi jangan salah, memang kedengarannya besar, tapi cuma kontrak beberapa tahun. Lagi pula posisi penting biasanya diisi orang luar.

Fase Produksi.

Nah, di sini jumlahnya makin kecil, paling 500 – 1000 orang. Dan yang diincar perusahaan jelas pekerja berpengalaman yang sudah keliling dari tambang satu ke tambang lain. Bukan warga lokal yang baru pegang palu..

Dan yang namanya perusahaan, pasti prioritaskan yang berpengalaman, karena jauh lebih efisien.

*

Masalahnya,…
data Tim 20 jelas: ada lebih dari 8.000 penambang rakyat yang sekarang cari makan di Suwawa dan sekitarnya.

Kalau cuma 1.000 yang direkrut, sisanya 7.000 mau makan apa? Mereka punya anak istri, bukan angka di atas kertas. Jadi kalau dibilang buka lapangan kerja, ya sebenarnya yang terjadi malah sebaliknya: bikin orang kehilangan kerja.

Kedua, Janji Ekonomi dari Rantai Pasok

Isu kedua: katanya ekonomi lokal bakal naik karena ada suplai makanan, transportasi, jasa, dan lain-lain.

Tapi realitanya? Itu cuma bisa diakses orang-orang bermodal. Rakyat kecil yang selama ini hidup dari tambang jelas ketinggalan.

Mau berdayakan BUMDes? Faktanya baru satu BUMDes yang disentuh. Itu pun dampak ekonominya tidak seberapa.

Perlu digarisbawahi:
rakyat penambang tidak anti-kemajuan. Mereka hanya menolak diperlakukan semena-mena.

Kalau soal pendapatan daerah, penambang rakyat juga bisa kok berkontribusi. Syaratnya satu: dilegalkan lewat WPR.

Mereka hanya minta tanah kecil, jauh lebih kecil dibanding luas konsesi PT GM. Tapi tanah kecil itu jadi penopang hidup 8.000 keluarga.

Sekarang, lahan itu terancam hilang. Mereka bisa diusir kapan saja dengan cap “ilegal”.

Jadi jangan heran kalau perlawanan rakyat nggak akan pernah padam. Selama hak mereka belum dikembalikan, mereka akan terus berdiri di barisan depan.

Mereka yang lagi terbuai dengan kemewahan dari perusahaan, silahkan menikmatinya selama yang kalian bisa..

yakinlah suatu saat ketika tidak berguna lagi, pasti akan dilepas juga..

Tapi, jangan menjadi duri di jalan perjuangan ini. Lebih baik diam, dari pada selamanya dicap sebagai pengkhianat saudara sendiri.

Perjuangan ini memang berat, tapi akan lebih berat ketika anak cucu kita hanya jadi penonton sementara kekayaan alamnya dijarah demi keuntungan pemilik perusahaan.

Dan itu lebih buruk dari penjajahan..

Continue Reading

Bone Bolango

Jaga Laut Tetap Hidup, Mapala Belantara UNG Gelar Transplantasi Karang di Bone Bolango

Published

on

Gorontalo – Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Pantai Oluhuta Paradise berlangsung berbeda. Pecinta alam Gorontalo yang tergabung dalam Mapala Belantara Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama komunitas lingkungan melakukan aksi transplantasi karang sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian laut.

Transplantasi karang dilakukan dengan teknik sederhana namun berdampak besar: mengambil sedikit karang sehat tanpa merusaknya, lalu merangkainya menggunakan kawat pada coran semen khusus yang siap ditenggelamkan ke area laut yang rusak.

Caranya sederhana saja, kami hanya ambil sedikit karang lalu dirangkai di coran semen. Setelah itu kami tanam kembali di laut pada area yang rusak,” jelas Dewinta Berahima, Ketua Adat Mapala Belantara.

Menurutnya, kegiatan ini adalah cara generasi muda mengisi kemerdekaan dengan menjaga laut tetap hidup. Karang sehat akan menjadi rumah bagi biota laut, menjaga keseimbangan ekosistem, hingga mendukung kehidupan nelayan.

Ini cara kami merayakan kemerdekaan. Kalau laut sehat, biota terlindungi, nelayan pun terbantu,” tambahnya.

Sementara itu, Pembina Mapala Belantara, Arifin Doank, memberikan apresiasi penuh atas semangat kader dan panitia dalam merancang kegiatan spektakuler ini.

Saya selalu dukung upaya Mapala Belantara. Kegiatan ini luar biasa dan patut dicontoh karena memberi dampak nyata untuk lingkungan,” ujarnya.

Selain transplantasi karang, rangkaian peringatan HUT RI di Oluhuta juga diisi dengan upacara bendera, pembentangan bendera raksasa 80 meter, hingga pelepasan tukik. Dengan keindahan lautnya, Oluhuta Paradise semakin menunjukkan potensinya sebagai destinasi wisata bahari dan ekowisata edukatif di Gorontalo.

Continue Reading

Bone Bolango

HUT RI ke-80 di Gorontalo Dimeriahkan dengan Pelepasan Tukik, Simbol Harapan untuk Generasi Mendatang

Published

on

Gorontalo – Momentum peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Pantai Oluhuta Paradise, Bone Bolango, Ahad (17/8/2025), diwarnai dengan pelepasan puluhan tukik (anak penyu) ke laut.

Kegiatan ini diprakarsai oleh Mapala Belantara Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama komunitas pecinta alam sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian satwa langka. Tukik yang dilepas diharapkan dapat bertahan hidup dan menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Penyu merupakan satwa yang terancam punah. Dengan melepas tukik ini, kami ingin mengingatkan bahwa menjaga kemerdekaan juga berarti menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang,” ujar Ketua Adat Mapala Belantara, Dewinta Berahima.

Dewinta menegaskan, penyu memiliki peran penting dalam keberlanjutan ekosistem laut. Karena itu, pelepasan tukik dipilih sebagai salah satu agenda utama dalam perayaan HUT RI ke-80.

Semoga agenda ini bisa menginspirasi lebih banyak organisasi untuk melaksanakan kegiatan serupa. Tidak hanya pelepasan tukik, tapi juga diskusi agar pengetahuan tentang penyu makin meluas,” tambahnya.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler