GORONTALO – Pasar Tradisional Marisa, yang menjadi pusat perdagangan di Desa Marisa Utara, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, kini menjadi saksi dari kenaikan yang signifikan pada sejumlah harga pangan dan rempah-rempah. Wiwin Moha (23), seorang pedagang rempah-rempah di pasar tersebut, secara langsung mengungkapkan bahwa kenaikan harga tersebut terjadi menjelang bulan Ramadan.
Menurut Wiwin, sejumlah komoditas pangan seperti cabe rawit, lada, tomat, minyak goreng, kemiri, telur, tepung terigu, bawang putih, beras, dan ayam kampung mengalami kenaikan harga yang cukup mencolok, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5 ribu rupiah. Namun, yang paling mencolok adalah harga cabe rawit yang melonjak dari Rp. 25.000 perliter menjadi Rp. 65.000 perliter.
“Saat ini, banyak harga pangan yang mengalami peningkatan, rata-rata naik di kisaran 5 ribu rupiah. Namun, yang paling tinggi adalah harga cabe rawit yang naik hingga Rp. 65.000 dari harga sebelumnya 25.000 per liter,” ungkap Wiwin kepada awak media pada Sabtu (09/03/2024).
Suleman Israfil (45), seorang pedagang cabe di pasar yang sama, juga menyampaikan hal yang serupa. Ia mengaku bahwa tidak hanya harga beras yang naik, tetapi harga cabe rawit juga mengalami kenaikan yang signifikan. Menurutnya, kenaikan harga cabe rawit disebabkan oleh kurangnya stok di Kabupaten Pohuwato dan Kota Gorontalo.
“Peningkatan harga cabe rawit ini dipicu oleh kelangkaan stok di wilayah Kabupaten Pohuwato dan Kota Gorontalo. Saya bahkan memperkirakan bahwa harga cabe kemungkinan akan naik kembali pertengahan Ramadan nanti,” ujarnya.
Respon terhadap kenaikan harga pangan dan rempah-rempah ini juga datang dari para pembeli di Pasar Tradisional Marisa. Marina Jau (49), salah satu pembeli, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini.
“Sebagian besar harga pangan dan beras naik. Semoga kenaikan ini tidak berlangsung hingga menjelang lebaran, karena itu bisa memberatkan masyarakat,” harapnya.
Apalagi, lanjut Marina, kenaikan harga pangan yang terjadi menjelang Ramadan menjadi perhatian serius, terutama mengingat bulan puasa biasanya diisi dengan kebutuhan yang lebih tinggi.
Untuk itu, Marina berharap agar Pemerintah Pohuwato dapat mengambil langkah-langkah yang efektif untuk menjaga stabilitas harga pangan, sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih tenang.
Berikut adalah daftar harga beberapa bahan pangan di Kabupaten Pohuwato:
Cabe Rawit: naik Rp. 65.000 dari harga Rp. 25.000 per kilogram
Tomat: naik Rp. 15.000 dari harga Rp. 10.000 per kilogram
Minyak Goreng: naik Rp. 30.000 dari harga Rp. 25.000 per liter
Bawang Merah: turun harga, dari Rp. 40.000 menjadi Rp. 35.000 per kilogram
Bawang Putih: turun harga, dari Rp. 35.000 menjadi Rp. 30.000 per kilogram
Kemiri: naik Rp. 50.000 dari harga Rp. 45.000 per kilogram
Garam: harga masih sama, Rp. 5.000 per bungkus
Lada: naik Rp. 100.000 dari harga Rp. 95.000 per kilogram
Telur: naik harga Rp. 65.000 dari harga Rp. 50.000 per bak
Ayam kampung: naik harga Rp. 130.000 per ekor dari Rp. 110.000.
Pohuwato – Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di Kabupaten Pohuwato diduga menjadi korban percobaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang pria berinisial YT (27), yang diketahui merupakan mantan narapidana. Insiden tragis ini terungkap setelah ibu korban melaporkan kejadian yang menimpa putrinya pada Senin malam, (10/06/2025), kepada pihak kepolisian.
Menurut keterangan ibu korban, kejadian bermula saat ia dan anak-anak lainnya sedang beristirahat di rumah, sementara korban sedang berbaring dan bermain telepon genggam di kamar lain. Sekitar pukul 01.00 WITA, korban yang mulai tertidur merasakan ada seseorang yang masuk mengendap-endap ke dalam rumah.
“Sekitar jam 1 lewat, anak saya merasa ada yang masuk ke kamar. Tapi dia masih setengah sadar, makanya dia tahu,” ungkap ibu korban, mengutip penuturan anaknya.
Diduga, pelaku langsung menindih korban dan berupaya melakukan persetubuhan. Korban pun berteriak meminta tolong sambil berusaha mendorong pelaku. Akibat perlawanannya, korban menerima pukulan dari pelaku.
“Anak saya melawan, tapi pelaku memukul wajah anak saya hingga ada lebam,” tambah ibu korban.
Mendengar keributan di rumahnya, ibu korban terbangun dan segera mengecek ke arah kamar anaknya. Ia sempat mengambil balok di dapur untuk mengejar pelaku, namun pelaku berhasil melarikan diri sebelum tertangkap.
Pihak keluarga langsung melaporkan percobaan pemerkosaan ini ke Polres Pohuwato. Hingga rilis berita ini diterbitkan, pelaku berinisial YT masih dalam pencarian polisi. Pihak kepolisian diharapkan segera menangkap pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Gak banyak yang tahu, putri sulung Anies Baswedan, Mutiara Annisa Baswedan (28), alias Tia, barusan melesat meraih beasiswa LPDP buat lanjut S2 di Harvard University. Dia bakal ambil program Master of Education in Education Policy and Analysis di Harvard Graduate School of Education
Lewat akun LinkedIn-nya Tia nulis apa adanya:
“Perkenalkan, saya Mutiara Baswedan, akan melanjutkan studi Magister… Bersama @lpdp.ri dan @pk257.lpdp saya siap melanjutkan perjalanan akademik dan mengabdi bagi bangsa.”
Dia juga bilang:
“Saya berkomitmen untuk membawa semangat nasionalisme serta menjunjung tinggi nilai‑nilai budaya Indonesia dalam setiap langkah perjalanan saya.”
Perjalanan Tia selama ini bukan basa-basi. Dia sudah lulus dari Fakultas Hukum UI pada 2020, lalu aktif jadi Manager of External Affairs di Asian Law Students’ Association UI.
Beberapa pencapaiannya:
Exchange student Denmark (2014) lewat AFS & Bina Antarbudaya
Juara 3 ALSA National English Competition (2017)
Best Delegate & Best Position Paper di beberapa Model UN, dan jadi delegasi UI di Harvard National MUN 2017–2018
Finalis Duta Muda ASEAN‑Indonesia (2019), Youth Ambassador Indonesia-AS
Trio lulus hukum, organisasi aktif, hingga pernah kerja di firma hukum Assegaf Hamzah & Partners sebelum hijrah ke tim riset Anies untuk Pilpres 2024
Namanya publik, pasti aja ada komentar miring. Ada yang bilang:
“Anak pejabat kok pakai beasiswa?” Tapi, sejarah LPDP menunjukkan kalau beasiswa ini memang didesain buat “talenta terbaik bangsa”, bukan hanya orang dari kalangan tidak mampu. Jadi guyuran kritik publik tak bikin lo’s. Yang penting, kualitas dan kontribusi nyata di depan mata.
Sebuah pertanyaan yang mengusik hati belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial: benarkah kita adalah generasi terakhir yang berkesempatan menyaksikan keajaiban kunang-kunang di malam hari? Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, seiring dengan laporan yang menunjukkan penurunan drastis populasi serangga bercahaya ini di berbagai belahan dunia. Fenomena ini memicu pertanyaan mendalam tentang masa depan salah satu pesona alam ini.
Berbagai faktor menjadi biang keladi di balik surutnya populasi kunang-kunang. Para ahli menyoroti hilangnya habitat alami mereka akibat alih fungsi lahan, polusi cahaya yang mengganggu ritual kawin mereka, serta penggunaan pestisida yang membahayakan. “Para ahli memperingatkan bahwa persentase signifikan spesies kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan,” demikian disampaikan dalam laporan. Hal ini menjadi alarm serius bagi ekosistem global, mengingat peran penting kunang-kunang sebagai predator alami hama.
Meskipun ancaman kepunahan membayangi, harapan untuk menyelamatkan kunang-kunang masih ada. Artikel ini menggarisbawahi berbagai upaya konservasi yang bisa dilakukan. Mulai dari meminimalkan penggunaan insektisida, mencegah konversi lahan yang merusak ekosistem, hingga menjaga kelestarian lahan basah. “Mengatur polusi cahaya, dan mengedukasi publik untuk melindungi habitat kunang-kunang,” menjadi poin krusial yang juga ditekankan. Langkah-langkah ini menjadi kunci untuk memastikan generasi mendatang masih bisa menikmati kerlap-kerlip kunang-kunang.
Prediksi tentang menghilangnya kunang-kunang memang didasarkan pada tren saat ini. Namun, optimisme tetap menyala bahwa skenario terburuk dapat dihindari jika upaya konservasi segera dan konsisten diimplementasikan. Dengan kesadaran kolektif dan tindakan nyata, kita bisa menjadi generasi yang menyelamatkan, bukan generasi terakhir yang melihat kunang-kunang. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan keberlangsungan hidup kunang-kunang.