Pohuwato – Penderitaan mendalam dialami warga Desa Teratai, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, setelah rumah mereka terendam banjir bercampur lumpur selama dua pekan terakhir. Warga menuding aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Bulangita sebagai biang keladi kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana tersebut.
Pasrah Waty, salah satu warga terdampak, mengaku putus asa melihat rumahnya berubah menjadi kubangan lumpur.
“Sudah dua minggu banjir ini melanda sejak tanggal 8. Rumah-rumah di komplek perempatan Desa Teratai terendam air, bahkan sekarang bukan lagi air, tapi lumpur. Mereka (penambang) enak menikmati hasil, sementara kami yang harus menanggung derita, hidup di tengah lumpur,” ujarnya dengan nada kesal.
Warga menilai, sedimentasi akibat pengerukan tanah liar di Bulangita telah memperparah aliran sungai hingga meluap ke pemukiman. Selain merusak rumah, kondisi ini juga mengancam kesehatan serta keselamatan masyarakat.
Ironisnya, meski keluhan warga terus disuarakan, aktivitas tambang ilegal tetap berjalan lancar. Sejumlah alat berat terlihat beroperasi tanpa hambatan, seolah tak tersentuh hukum.
Kemarahan warga pun semakin memuncak.
“Kalau begini terus, jangan salahkan rakyat kalau akhirnya bangkit melawan. Kami sudah terlalu lama jadi korban,” tegas seorang warga lainnya.
Di tengah penderitaan masyarakat, muncul pula praktik pungutan liar (pungli) yang memperburuk situasi. Seorang pelaku usaha mengaku dipaksa membayar kontribusi hingga puluhan juta rupiah kepada oknum pengumpul yang mengklaim sebagai pihak pengamanan.
“Kami sudah bayar Rp30 juta sebagai atensi. Tapi mereka tetap bilang ada kewajiban Rp10 juta untuk normalisasi. Padahal sudah dibayar, alat berat kami tetap diturunkan paksa,” ungkapnya.
Bahkan, ia mengaku diminta tambahan Rp5 juta, dengan dalih yang sama, sementara alatnya tetap disita.
“Semua alat ditahan. Bapak saya sampai turun langsung ke lokasi, tetap saja alat diturunkan. Mereka minta 50 juta per alat, dua alat berarti 100 juta. Mau dicicil pun tidak diterima,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menyebut keterlibatan oknum tertentu, termasuk aparat lapangan, dalam pengelolaan pungli tersebut.
Situasi kian runyam setelah muncul pengakuan seorang oknum wartawan yang terlibat dalam program ilegal ini. Wartawan itu berdalih dirinya hanya sebagai penggagas “program hilirisasi manfaat” yang mencakup normalisasi hingga kegiatan sosial. Namun kenyataannya, program tersebut justru menjadi dalih untuk melegitimasi aktivitas tambang ilegal.
Rangkaian persoalan ini memunculkan tanda tanya besar: mengapa tambang ilegal yang jelas merusak lingkungan sekaligus merugikan masyarakat dibiarkan terus beroperasi? Diamnya aparat semakin memperkuat kecurigaan publik terhadap adanya pembiaran atau bahkan keterlibatan oknum dalam bisnis kotor tersebut.
Warga Desa Teratai kini hanya bisa pasrah, menanti kehadiran nyata pemerintah untuk menghentikan praktik tambang ilegal yang sudah menghancurkan ruang hidup mereka.
Gorontalo – Komitmen Kapolda Gorontalo untuk mewujudkan Polri Presisi semakin nyata, bukan sekadar slogan. Sebagai bagian dari upaya menegakkan kedisiplinan dan menjaga citra institusi, Polda Gorontalo memberhentikan enam anggotanya secara tidak hormat (PTDH) karena terbukti melanggar kode etik dan disiplin kepolisian.
Enam personel yang dipecat tersebut adalah Brigpol Nelpon Ilyas dan Briptu Fransiscus Xaverius Reza Winarso dari Polres Pohuwato, Bripda Einstein Hans Anthonie dan Bripda Akriyanto F. Bagu dari Dit Samapta Polda Gorontalo, serta Bripda Iswanto Abas dan Bripda Alwin Adeputra Lihawa dari Dit Tahti Polda Gorontalo.
Keputusan pemberhentian tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Kapolda Gorontalo Nomor: KEP/204/IX/2025 hingga KEP/209/IX/2025 tertanggal 30 September 2025. Kabid Humas Polda Gorontalo, Kombes Pol Desmont Harjendro A.P., S.I.K., M.T., mengungkapkan bahwa pemecatan ini merupakan hasil sidang Komisi Kode Etik Polri yang menyatakan keenam anggota tersebut terbukti melanggar kode etik profesi.
“Enam anggota tersebut resmi diberhentikan tidak dengan hormat. Ini keputusan berat, namun harus diambil demi menjaga kehormatan dan marwah institusi,” kata Desmont di Gorontalo, Jumat (17/10/2025).
Desmont juga menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk keseriusan Polda Gorontalo dalam menegakkan kedisiplinan dan menjaga kepercayaan publik terhadap Polri. “Kami berharap ini menjadi pelajaran bagi seluruh anggota Polda Gorontalo. Tidak ada ruang bagi pelanggaran yang mencoreng citra Polri,” tegasnya.
Keputusan tegas ini menunjukkan komitmen Polda Gorontalo untuk memastikan Polri menjadi lembaga yang presisi, profesional, dan berintegritas.
Muallif Nazrullah Siswa Kelas XI Sekaligus Anggota Pramuka
Gorontalo – Kritik yang disampaikan oleh Arif Rahim, Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Peduli Daerah (AMMPD), terkait pelibatan Sekretaris Daerah dan Pimpinan OPD di lingkungan Pemkab Gorontalo sebagai Liaison Officer (LO) pada pelaksanaan Peran Saka Nasional, mendapatkan tanggapan santai dari anggota Pramuka SMA dan SD di Gorontalo.
Muallif Nazrullah, siswa kelas XI SMA dan anggota Pramuka, dengan santai menjelaskan kepada Arif Rahim bahwa peran pemerintah dalam Gerakan Pramuka sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, yang menjelaskan bahwa pemerintah berfungsi sebagai pembina dan pelindung Gerakan Pramuka. Menurutnya, dukungan pemerintah dalam agenda nasional sangat wajar, mengingat Gorontalo menjadi tuan rumah acara Peran Saka Nasional.
“Yang sangat disayangkan itu Kak Arif, semestinya tidak perlu nyinyir dengan apa yang dilakukan pemerintah daerah. Ayo Kak Arif, kita sukseskan agenda Peran Saka tingkat Nasional di Gorontalo,” ujar Muallif sambil tersenyum.
Selain itu, Damar Pandu Raazzaq Usman, anggota Pramuka dari SDIT Lukmanul Hakim, juga memberikan penjelasan serupa dengan menekankan bahwa peran pemerintah dalam Gerakan Pramuka diatur dalam Undang-Undang yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk melakukan pembinaan, mendukung anggaran, dan memfasilitasi pendidikan kepramukaan.
“OPD merupakan bagian dari majelis pembimbing, maka bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan, termasuk dalam Peran Saka Nasional,” ujar Damar.
Mereka juga menambahkan bahwa peran LO yang dilakukan oleh Pemda sangat penting, karena berkaitan dengan penyambutan tamu sebagai tuan rumah, memastikan pelaksanaan acara berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tradisi Gorontalo yang mengutamakan pelayanan maksimal kepada tamu.
Kritik yang disampaikan oleh Arif Rahim dinilai tidak tepat, dan kedua siswa tersebut meminta agar lebih rasional dalam menyikapi peran pemerintah dalam kegiatan Pramuka. Mereka berharap agar agenda nasional ini dapat berjalan dengan sukses dan tanpa hambatan.
Pohuwato – Warga Desa Bulangita, Kabupaten Pohuwato, kembali dihantui oleh bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas tambang emas ilegal. Genangan lumpur yang semakin parah kini merusak jalan utama yang menghubungkan desa dengan fasilitas umum, seperti pasar dan sekolah. Lumpur tersebut juga mulai memasuki pekarangan rumah warga, mengancam keselamatan dan kenyamanan mereka.
Aktivitas tambang emas ilegal yang beroperasi di wilayah perbukitan sekitar desa diduga kuat menjadi penyebab utama kerusakan ini. Warga setempat, melalui media sosial, meluapkan rasa frustasi mereka terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambang yang menggunakan alat berat dan mengalirkan air limbah langsung ke sungai kecil yang bermuara ke wilayah pemukiman.
Salah satu warga, Meada Ey Chupin Ingo, melalui akun Facebook-nya mengungkapkan penderitaan yang dialami oleh masyarakat. Dalam unggahannya, Meada meminta agar pemerintah dan aparat penegak hukum segera menindaklanjuti masalah ini dan menutup aktivitas tambang ilegal yang semakin merusak lingkungan serta membahayakan keselamatan warga.
“Biar tidak ada ujan jalan so banjir lumpur, gara-gara tambang ilegal yang beken rusak jalan. Tolong kasih jalan dan saluran air, soalnya lumpur so mengganggu sekali pengguna jalan, dan sangat berbahaya kalau lewat,” tulis Meada.
Selain merusak jalan, lumpur yang mengalir tanpa kendali juga berpotensi menyebabkan longsor dan banjir bandang jika hujan deras terus turun. Warga setempat kini mendesak agar kegiatan tambang ilegal segera ditutup dan pelakunya dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tindakan konkret dari pemerintah maupun pihak kepolisian setempat. Masyarakat berharap agar masalah ini segera mendapat perhatian serius dan solusi yang tepat.