Connect with us

Hiburan

Setelah Reza, Uki Umumkan Resmi Keluar dari Band NOAH

Published

on

Setelah sang Drummer Reza, Gitaris band NOAH Mohamad Kautsar atau yang biasa disapa Uki mengumumkan resmi keluar dari band yang sudah ia bangun sejak tahun 1998. Hal itu ia umumkan lewat unggahan di media sosialnya, Kamis (8/8) malam..

“Hari ini saya melepaskan diri dari Noah. Terima kasih kepada semua yang ada di Noah, Lukman, David, semua team produksi Noah,” kata Uki dalam pernyataan yang ia unggah.

Dalam pernyataan yang juga mengisahkan perjalanannya dalam band tersebut sejak 1998 yang masih bernama PeterPan, Uki tak menjelaskan secara detail alasan dirinya pergi dari band yang selama ini mengangkat namanya itu.

“Noah menjadi sukses seperti sekarang bukan karena kebetulan, kita berempat memang bekerja keras di band dan di luar band. Banyak sekali pengorbanan yang dilalui untuk bisa seperti sekarang ini,” kata Uki.

“Tetapi dengan segala pengorbanan pasti ada yang dikorbankan. Maka tiga tahun terakhir saya mulai memikirkan hal ini baik-baik, semua ini bukan dadakan tetapi saya pikirkan pelan-pelan,” lanjutnya.

Uki menjelaskan bahwa ia telah bergelut dalam industri musik sudah lebih dari 20 tahun dan baginya cita-cita menjadi musisi yang sukses sudah dianggap tercapai.

Secara khusus, Uki menyampaikan terima kasih kepada pentolan Noah, Ariel. Ia menyebut sudah jadi ketentuan Tuhan dirinya dipertemukan dengan Ariel dan keduanya menjadi teman sekaligus rekan bermusik selama 24 tahun terakhir.

“Bor, terima kasih sebesar-besarnya, terima kasih sudah mengajak dalam perjalanan hidup yang luar biasa, sudah mengajarkan tentang kerasnya dunia dan mengajarkan cara untuk bangkit dari keterpurukan,” kata Uki yang ditujukan kepada Ariel.

“Kamu adalah teman yang baik, setia, pemberi nasihat, dan I love you bro. Mudah-mudahan Allah mengizinkan persahabatan ini berlanjut ke jannah [surga], insyaallah,” lanjutnya. Uki juga mengunggah sejumlah foto kenangan dirinya bersama Ariel sejak mereka remaja hingga kini.

Sepanjang perjalanan karier band pelantun Separuh Aku itu, sejumlah pergantian personel sempat terjadi. Mulai dari keluarnya Andika dan Indra pada 2006, dan disusul oleh Reza pada 2015.

(sumber : cnnindonesia.com)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ruang Literasi

Filosofi Bunyi Polopalo Gorontalo

Published

on

Oleh Rahmawati Ohi, S.Pd., M.Sn

Dosen di Jurusan Seni Drama, Tari dan Musik
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo

Seni, drama, tari dan musik atau disingkat Sendratasik merupakan sebuah ruang yang menempatkan domain kata “Musik” sebagai pintu masuk pertama dalam memahami ruang lingkup transmisi knowledgenya. Sebagai pintu pertama tentu memerlukan pemahaman mengenai apa itu musik,konsep musik dan nilai guna musik. Mengadopsi prinsip Meriam (1964) maka pemahaman tersebut dapat terdiri dari 3 tahapan klasterisasi yaitu conceptualization about music, behaviour in relation to music dan music sound itself. Tahapan conceptualization about music yang disampaikan adalah musik sebagai konsep, teori atau kognitif; tahapan behaviour in relation to music lebih mendefenisikan musik sebagai perilaku: perilaku fisik, verbal, sosial, pembelajaran dan simbolis sedangkan tahapan music sound itself adalah musik sebagai dirinya sendiri seperti desah, bunyi, nada. Merujuk pada konsep Meriam maka musik dapat didefinisilan sebagai sebuah teks dalam ruang konteks. Teks yang terletak pada music sound itself, maka esensi dasar musik yaitu bunyi merupakan dimensi diferensial yang merupakan kunci yang diperlukan untuk membuka pintu tersebut. Dalam tataran kebudayaan, Hui (2011); Hanslick (1994) menyatakan bahwa kontruksi bunyi selalu di pengaruhi oleh perilaku, faktor budaya, makna musik selalu berkaitan dengan sistem filosofi masyarakat yang terkandung dalam conceptualization abour music dan behaviour in relation to music.

Membicarakan bunyi dalam konteks kebudayaan maka terdapat sebuah alat musik tradisional yang berdasal dari Gorontalo, bernama Polopalao yang menarik untuk ditelaah dari substansi kontruksi bunyi, menejemen rupa dan nilai-nilai filosofi yang terdapat di dalamnya. Relasi bunyi nadanya bukan pentatonis atau diatonis, karena hanya terdiri dari empat bunyi nada. Konsep empat bunyi nada Polopalo menjadikan instrumen musik tersebut menjadi sebuah produk lokal jenius yang seharusnya mendapatkan ruang perhatian untuk dikaji lebih mendalam oleh masyarakat pemilik kebudayaan bukan untuk sementara dilupakan karena adanya persepsi yang keliru dalam memahami Polopalo sebagai sebuah produk kuanta yang bernilai adiluhung. Dewasa ini, transmisi mengenai Polopalo mengalami degradasi kualitas karena banyak generasi muda yang tidak tahu, tidak mengenal mengenai instrumen tersebut, bahkan ada upaya melatensikan dengan memaksa jati dirinya dengan alasan pengembangan kontruksi bunyinya pada sistem nada diatonis padahal latensi dengan pengembangan sistem bunyi nada secara nyata memberikan dampak terhadap nilai-nilai filosofi, melanggar ruang etis-emic-etic. Untuk menjernihkan dan mengupayakan konservasi maka sebuah pendekatan etno organologi akustik menjadi salah satu solusi untuk mempertahankan keberadaan dan nilai guna Polopalo bukan hanya sebagai sumber belajar di ruang sendratasik tetapi juga bagi masyarakat Gorontalo dan juga sebagai warisan lokal jenius Indonesia.

Perspektif organologi akustik mendefinisikan bahwa Polopalo merupakan alat musik yang terbuat dari bambu talilo huidu mempunyai bentuk seperti mulut buaya dimana sumber bunyinya dihasilkan dari getaran badannya.Aspek sains dalam pemilihan bambu talilo huidu sebagai bahan dasar membuat instrumen dikarenakan kadar airnya yang rendah dan alasan filosofi bambu yang merupakan tanaman mudah tumbuh, cepat beradaptasi, komunal sedangkan sudut pandang akustik bahwa Polopalo terdiri dari empat macam bunyi yaitu Motoliyongo, Modulodu’o, Mobulongo dan Moelenggengo. Konsep empat bunyi utama Polopalo merupakan hasil mimetik. Motoliyongo merupakan bunyi yang berkaitan dengan tata cara masyarakat berbicara, sifat halus dan karakteristik. Moelenggengo merupakan bunyi yang sering dipersepsikan berkaitan dengan tata cara masyarakat berbicara cepat menyerupai suara burung bunyi. Mobulongo adalah bunyi yang berhubungan dengan setiap kata yang berhubungan dengan huruf vokal O sedangkan bunyi Modulodu’o sebagai bunyi yang identik, erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat yang kuat dan mampu menghadapi segala tantangan. Proses mimesis pada bunyi Polopalo ternyata juga menarik dimana Motoliyongo merupakan memetik dari bunyi yang melengking seperti suara burung pipit yang mempunyai makna sifat jiwa besar, ingin dikenal orang, pemberani dan cerdik lincah, ditinjau dari suasana menggambarkan perasaan gembira karena awal datangnya hari. Bunyi Moduloduo yang berdetak detak sepeti burung gagak memberikan tanda tidak aman. Bunyi moduloduao berarti ingin berkuasa dan siap menantang. Bunyi mobulongo merupakan polopalo yang menggaung berarti berjiwa tenang, sederhana dan menghindari tantangan diibaratkan seperti kokok bunyi ayam jantan yang menandakan masyarakat tenang sedangkan bunyi moelengengo merupakan bunyi polopalo yang berdencing ibarat suara burung kakaktua yang bermakna hidup penuh persahabatan.

Perspektif etno memberikan sebuah ruang luas untuk didiskusikan karena transmisi knowledge mengalami prosesi yang stagnan bahkan cenderung terlupakan. Dalam Perspektif etno, Polopalo menjadi sebuah sumber kajian yang menarik karena informasi yang terkandung didalamnya merupakan sebuah ukuran pada sudut pandang pendidikan, ekologi dan sosial ekonomi terjalin dengan rapi dan berkesinambungan. Takaran pendidikan bisa dimulai dari role model sistem persepsi masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam menginterpretasikan bunyi Polopalo yang didengar dengan konsep nyaring atau tidak nyaring, berhubungan dengan elemen frekuensi. Kemampuan interpretasi bunyi yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sebuah rupa bagaimana potret pendidikan jaman dahulu yang merelasikan konsep obyektif-subyektif sebagai sebuah habitus dan modal dalam menjalani arena kehidupan. Data dukung lain adalah modal pengetahuan dalam membuat Polopalo merupakan sebuah gambaran bagaimana sistem pendidikan bekerja dengan baik, karena dengan modal berupa pengetahuan yang baik akan mampu menghasilkan Polopalo yang berkualitas. Sudut pandang ekologi, Polopalo yang terbuat dari bambu mengalami berbagai perubahan fungsional dalam aktivitas masyarakat dari sebuah fungsi komunikasi ketika pada abad 18, dimana bunyi dicitrakan sebagai sebuah bahasa yang menjadi alarm berupa tanda informasi dan ikon berburu. Fungsi ini tidak bisa lepas dari ruang ide, konsep yang mempunyai nilai atau motif ekonomi. Hal ini menarik karena pada abad 18, demografi dan sistem mata pencaharian masyarakat adalah peladang, petani maka ketika ada gangguan oleh binatang buas, maka bunyi polopalo bermain menggunakan konsep oposisi biner. Pentingnya memahami kontruksi sistem filosofi bunyi Polopalo akan memberikan nilai-nilai karakter kepada generasi milenial mengenai ekosistem musik dalam proses pendidikan yang bernilai sosial ekonomi sehingga budaya yang lahir dari local wisdom akan terus dapat hidup berdampingan dengan budaya baru, budaya luar bukan memaksa yang menyebabkan degradasi kualitas oleh ketidakpahaman. Konsep tak kenal maka tak sayang menjadikan pemahaman bahwa kalau kita mau menyayangi budaya lokal maka kenali dahulu seluk beluk atau ruang lingkup budaya tersebut.

Referensi
Alperson, Philip. 1994. What a Music? An Introduction to The Phylosophy of Music. Unversity Park, PA: Pensylvania State Uniersity Press.

Bay, Suwardi. 2013. Musik Tradisonal Polopalo; Sebuah catatan tulisan tangan, Tidak Terbit
Hui, Hung. 2011. One Music? Two Music? How Many Music? Etnomusicology Vocal and Instrument with FMRI. Ohio State University. Desertation.

Meriam, Alan. P. 1964. The Anthropology of Music. Evanston II. Northwestern University Press.

Ohi, Rahmawati. 2014. Peran Poloalo Dalam Aktivitas Masyarakat Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Thesis S2. Penciptaan dan Pengkajian Seni Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Ohi, Rahmawai 2014, fungsi bahasa pada bunyi Polopalo. Jurnal Bahasa, sastra dan Budaya Vol, Nomor 2: November 2014 Jurusan Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Negeri Gorontalo.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Rosda Karya: Bandung

Continue Reading

News

GAGA Brand Lokal Yang Mengusung Konsep Silsilah Sejarah, Tradisi Dan Budaya

Published

on

Brand lokal gaga yang mengangkat nilai nilai histroy Gorontalo (Foto Sudirman Mile)

GORONTALO-Melihat geliat kreasi anak muda yang semakin tumbuh pesat, bahkan mampu mencuri perhatian orang banyak dengan menghasilkan karya- karya yang mencengangkan, membuktikan bahwa kemajuan suatu bangsa tak lepas dari peran anak muda.

Sudah menjadi trend kekinian di kalangan anak muda untuk menuangkan gagasan mereka dalam bentuk karya yang memiliki nilai. Salah satunya, anak muda asal Gorontalo kelahiran 11 November ini berhasil menciptakan brand lokal GAGA (Gorontalo Genealogy), dengan mengusung konsep silsilah sejarah, Tradisi dan budaya untuk di ketahui masyarakat luas.

Meskipun terbilang baru, Brand GAGA telah terdaftar dan di patenkan kepemilikannya pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Brand lokal GAGA menawarkan produk kaos, jaket stylish dengan berbahan lembut dan asyik digunakan oleh semua kalangan. Bahkan saat ini Produk GAGA telah terjual ke beberapa daerah di Indonesia.

Menjelang hari Patriotik 23 Januari, Brand lokal GAGA merilis desain kaos yang bertemakan Foto-Foto monumen di wilayah Gorontalo.

Menurut owner GAGA Sudirman Mile, hanya dengan semangat mengunjungi setiap monumen dan mengabadikan dalam desain kaos setidaknya mengingatkan kembali kepada kita tentang semangat juang orang-orang gorontalo terdahulu.

Continue Reading

News

Demo Tolak TKA Cina Berlangsung di Gorontalo

Published

on

GORONTALO-Unjuk rasa menolak kedatangan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina berlangsung di Gorontalo, Kamis (16/7/2020). Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Gorontalo, menuntut agar pemerintah Provinsi Gorontalo membatalkan kedatangan TKA untuk dipekerjakan dlam Proyek PLTU, Kabupaten Gorontalo Utara.

Setelah melakukan orasi di gerbang kampus UNG mereka kemudian melanjutkan aksinya di kantor imigrasi Gorontalo, Dinas Ketenagakerjaan, dan Kantor Gubernur Gorontalo.

Sedikitnya ada lima poin tuntutan yang di suarakan mahasiswa diantaranya pemerintah harus menyediakan wadah untuk peningkatan SDM sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

Selanjutnya masa meminta pemerintah Menyamaratakan gaji, fasilitas, jaminan kesehatan sosial, dan menjamin keselamatan tenaga kerja lokal.

Selain itu mereka juga meminta keterbukaan informasi berdasarkan undang-undang keterbukaan informasi no. 28 F UUD 1945 yang mana pemerintah harus memberikan informasi tentang AMDAL di PLTU Tomilito Gorontalo Utara.

Meminta petugas imigrasi untuk memberikan data kedatangan TKA dan WNA yang ada fi Gorontalo, selanjutnya data prosedural / regulasi kedatangan.

Terakhir masa menuntut agar Dinas ketenagakerjaan memberikan data RPTKA sesuai dengan kebutuhan perusahaan..

Selain menolak tenaga kerja asing, massa juga menolak datangnya tenaga kerja luar daerah (TKLD) yang rencananya akan dipekerjakan di PLTU Tanjung Karang, Tomilito, Gorut.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler