Connect with us

Politik

Minggu Tenang, Minggunya Mayor Teddy

Published

on

Oleh : Dr. Funco Tanipu., ST., M.A (Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo)

Saya tidak ingin menyebut nama atasannya secara spesifik dalam tulisan, apalagi mengkampanyekannya. Saya hanya ingin membahas soal Mayor Teddy. Bagi saya ini yang paling menarik dari seluruh episode politik yang sedang kita saksikan.

SIAPAKAH MAYOR TEDDY?

Sampai Sabtu sore, saya tidak tahu siapa Mayor Teddy. Tapi beberapa hari terakhir ini, tergiang terus nama si Mayor Teddy ini. Saya memang lagi kurang tertarik membahas soal Pilpres pada dua minggu terakhir ini karena harus menyiapkan salah satu Hari Agung dalam Islam yakni Isra’ Mi’raj, dimana UNG telah menerbitkan kitab Meeraji dengan tulisan latin bahasa Gorontalo sekaligus terjemahan bahasa Indonesia. Juga harus ikut turut serta membantu secara teknis pelaksanaan KKN UNG Pemilu 2024. Pilpres tahun ini bagi saya adalah hal yang tidak terlalu menarik karena terlalu tegang, saling hina, suudzon, ghibah dan bahkan fitnah.

Hingga tadi sore putri saya yang bernama Zahra Tanipu memperlihatkan wajah si Mayor Teddy, dia menanyakan kira-kira kapan si Mayor Teddy ke Gorontalo. Memang banyak pertanyaan aneh dan unik dari anak-anak saya selama beberapa tahun terakhir sejak mereka aktif memantau media sosial. Pertanyaannya terus terang tak bisa saya jawab, karena memang saya tidak tahu. Lalu saya mulai searching di Tiktok, Instagram, dan Facebook saya soal Mayor Teddy. Rupanya ia adalah seorang ajudan Menteri Pertahanan RI saat ini, yang sebelumnya ia adalah ajudan Presiden RI.

Hingga dari hasil googling yang rupanya Mayor Teddy adalah lulusan SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah. Sebagian besar alumnus SMA Taruna dipastikan masuk dan diterima di Akademi Militer ataupun Akademi Kepolisian, Teddy adalah jebolan Akademi Militer tahun 2011. Dalam karir militernya, Teddy lulusan sekolah pasukan elit di US Army Infantry School. Teddy adalah United States Army Ranger School dengan meraih predikat International Honor Graduate. Di Ranger School, Presiden SBY juga alumni dari sekolah ini.

Teddy lahir di Manado dari sepasang tentara yakni Kolonel Inf. (Purn) Giyono dan Mayor Caj (K) Patris R.A. Rumayan. Ia pernah menikah tahun 2018, lalu memilih pisah dan kini ia berstatus jomblo.

MENGAPA MAYOR TEDDY MENCUAT?

Nah, nama Teddy rupanya mulai mencuat ke permukaan saat disoroti media ketika hadir sebagai ajudan salah satu Capres pada Debat Capres bulan Desember tahun lalu. Lalu, mulailah Teddy menjadi sosok idola baru bagi kalangan ibu-ibu hingga para perempuan milenial dan Gen Z.

Karakter dan latar belakang Teddy memenuhi semua prasyarat dari seorang idola baru ; ganteng, cerdas, berwibawa, ramah dan rajin. Bagi netizen, setelah jenuh dengan segala hiruk pikuk Pilpres, tentu segala pertunjukkan tokoh-tokoh politik termasuk artis-artis yang digaet untuk menarik simpati, tidak lagi menggairahkan suasana. Apalagi mulai mendekati Hari – H yang terjadi saling hina yang mengarah pada saling serang karakter individu, bukan lagi saling mendebat gagasan.

Pada titik jenuh itu, bagi netizen Mayor Teddy dianggap sebagai oase baru yang dapat membasahi “keringnya” politik nasional walaupun Mayor Teddy bukanlah politisi atau tim kampanye. Mayor Teddy adalah “perasan” dari kebutuhan netizen tentang sosok yang kalem tapi tegas, penolong, “ba kendis”, mirip opa-opa korea, postur tubuh proporsional dan tentu saja single. Apalagi aksi heroiknya yang menggendong seorang gadis yang jatuh pingsan di panggung kampanye terakhir.

Setelah mencuat, mulai terlihat banyaknya fans grup dan akun-akun fans yang dibuat, yang isinya adalah keseharian Mayor Teddy. Dan dalam waktu singkat terjadilah parasocial relationship yakni terbentuknya hubungan satu arah antara idola dan fans. Pada kondisi parasocial relationship, seorang fans sudah merasa memiliki ikatan emosional bahkan merasa mengenal idolanya secara personal. Hal itu terlihat dari eskpresi netizen pada kolom komentar baik di Tiktok, Instagram, Twitter dan Facebook.

Hingga kemarin, pembentukan soliditas netizen terhadap Mayor Teddy mulai kencang. Saya mencoba mensimulasikan foto Mayor Teddy dan foto saya, tujuannya ingin mengetahui sejauhmana netizen (teman saya di media sosial) mengenal Mayor Teddy, dan rata-rata teman saya mengenalnya bahkan seperti telah dekat. Walaupun dalam postingan tersebut, saya tidak menuliskan nama Mayor Teddy. Rupanya ingatan netizen terhadap wajah, topi, kacamata dan juga kendis Mayor Teddy telah sebegitu kental.

PEMUJAAN DAN HISTERIA TERHADAP MAYOR TEDDY

Setelah pengenalan terhadap idola mulai terbentuk, karakter dan identitas fans (netizen) mulai bisa dikategorikan. Fans Mayor Teddy adalah ibu-ibu muda dan perempuan single yang berasal dari kalangan milenial dan Gen Z.

Kebiasaan netizen dalam menggemari idolanya adalah (1). Bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan oleh idolanya saat ini. (2). Mengecek media sosial sepanjang waktu hanya untuk mengetahui hal-hal terbaru tentang idolanya. (3). Merasa memiliki hubungan spesial atau romantis dengan idolanya. (4). Membayangkan atau mencari tahu tentang kehidupan pribadi idolanya, seperti dengan siapa mereka menjalin hubungan atau berkencan.

Jika hal itu mulai menggejala, maka yang terjadi adalah Celebrity Worship Syndrome (CWS). Istilah ini dikemukakan oleh Lynn McCutcheon. CWS adalah gangguan obsesif seseorang terhadap selebriti atau orang terkenal lainnya. Orang yang mengalami CWS cenderung memiliki ketertarikan emosional yang kuat terhadap idolanya. Mereka tidak hanya mengagumi sang idola, tetapi sampai berusaha mencari tahu segala informasi pribadi tentang idolanya. Hingga berujung pada pemujaan.

Pada kondisi ini, seseorang akan terlihat lebih ekstrim dalam mengemukakan ekspresinya, hal ini terlihat dari banyaknya story di Instagram, Tiktok dan Facebook tentang Mayor Teddy dengan caption yang unik dan lucu. Situasi ini menuju apa yang dinamakan histeria.

Dalam kondisi histeria, seseorang tidak lagi sadar akan kondisi psikologisnya, ia tak bisa lagi mengendalikan perasaannya. Dalam konteks yang ada, Mayor Teddy dianggap sebagai sekumpulan tanda dan simbol. Bagi Jean Baudrillard, situasi saat ini adalah masa mode of consumtion, dimana konsumsi masyarakat kontemporer dilatar belakangi oleh kebutuhan akan simbol dan tanda.

Pada kondisi mode of consumtion, Mayor Teddy dianggap sebagai realitas, walaupu sebenarnya bukan. Mayor Teddy sebagai tanda dan simbol pada akhirnya telah “dimanipulasi” sehingga hubungan netizen seperti konsumen, yang mengonsumsi tanda dan simbol tentang Mayor Teddy.

APA IMPLIKASI DARI MAYOR TEDDY EFFECT?

Sebagaimana diketahui bahwa pada Pemilu 2024 ada sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen pemilih dari generasi milenial. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85 persen. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih.

Di antara 56,54 persen tersebut ada sekitar separuhnya yang terdiri dari ibu-ibu muda dan perempuan single. Itu berkisar pada angka 50 – 60 juta pemilih.

Sebagian besar dari mereka ini adalah yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dan yang sudah ada pilihan tapi masih mungkin untuk mengubah pilihannya (swing voters).

Implikasi dari Mayor Teddy Effect adalah terbentukanya fanbase secara ekstrim dan cepat, bahkan parasocial relationship bisa jadi akan menjadi bandwagon effect (kecenderungan mengikuti gaya, style dan ikut-ikutan). Akan ada mode ikut-ikutan yang bergerak secara eksponensial.

Bagi kalangan politisi yang memiliki kemampuan dan pengetahuan diatas rata-rata, kesempatan ini tidak akan disia-siakan, apalagi dalam waktu yang sangat sempit. Entah “tanda dan simbol” tentang Mayor Teddy adalah by design, tetapi kecenderungan untuk memanfaatkan “momentum” Mayor Teddy telah mengisi minggu tenang secara aktif.

Mayor Teddy sebagai simbol dan tanda juga menjadi pemecah kejenuhan pemilih tentang isu gemoy, samsul, lagu tabrak-tabrak masuk, dan oke gas untuk kalangan milenial dan gen Z. Mayor Teddy dalam bentuk simbol menjadi perekat soliditas pemilih untuk terus bertahan hingga tanggal 14. Termasuk menjaga soliditas kalangan tersebut untuk terus bertahan di tengah gempuran isu “dinasti”, bansos dan yang terakhir adalah film dokumenter Dirty Vote yang diluncurkan oleh kalangan aktifits pro demokrasi.

Jadi, disadari atau tidak, by design atau by momentum, setidaknya tanda dan simbol tentang Mayor Teddy telah mengisi hari-hari kosong selama minggu tenang, netizen sibuk membahas dan memperbincangkan hingga tanggal 14 Februari, tidak lagi membahas gempuran isu yang sedang naik. Dan demi idola yang dipujanya, besar kemungkinan semua fans Mayor Teddy akan mengarahkan pilihannya kepada yang dikawal Mayor Teddy selama ini.

Demi Mayor Teddy, mereka rela melakukan apa saja. Memang minggu ini, minggunya Mayor Teddy.

News

SUSNO & USMAN : PENANGKAPAN RIBUAN DEMONSTRAN DINILAI MELANGGAR HUKUM

Published

on

Jakarta – Penangkapan massal ribuan peserta aksi demonstrasi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia beberapa waktu terakhir menjadi sorotan tajam dari berbagai pihak. Mantan Kepala Bareskrim Polri, Susno Duadji, dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menegaskan bahwa banyak dari penangkapan tersebut tidak berjalan sesuai prosedur hukum yang berlaku.

Seperti dikutip dari sesi wawancara mereka di Kompas Tv, Menurut Susno Duadji, “Hukum acara kita kalau dia tidak tertangkap tangan harus diawali dari penyelidikan. Nah, setelah terkumpul minimal dua alat bukti baru dijadikan tersangka. Ya.” Namun, dalam praktiknya, banyak penangkapan secara paksa terjadi tanpa surat perintah atau penjelasan yang memadai, bahkan ada yang dilakukan secara mendadak dini hari. Hal ini menimbulkan keresahan dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum.

Usman Hamid menambahkan bahwa “Mengajak unjuk rasa, termasuk terhadap anak itu dibolehkan. Ingat waktu 2019 ada perdebatan ketika anak-anak SMA turun ke jalan. Pemerintah dan jajaran kepolisian melarang. Tiba-tiba muncul pernyataan pers dari kantor PBB yang menegur pemerintah Indonesia mengatakan bahwa anak-anak pun berhak untuk berunjuk rasa. Justru negara wajib melindungi mereka.” Tuduhan penghasutan terhadap aktivis yang mengorganisasi demonstrasi tidak selalu berdasar, terutama bila ajakan tersebut tidak mengandung unsur kekerasan.

Kedua tokoh ini juga menyoroti bahwa tindakan represif terhadap demonstran justru dapat memperburuk situasi dan mengurangi kepercayaan terhadap institusi penegak hukum. Mereka mengajak pemerintah dan kepolisian untuk membentuk “tim gabungan pencari fakta… tim gabungan investigasi independen. Ada unsur kepolisian, ada unsur masyarakatnya, ada unsur tokoh-tokoh yang punya integritas, punya keahlian… sehingga kita sama-sama bisa mengetahui apa sih sebenarnya yang sesungguhnya terjadi.”

Data dari Amnesty International mencatat bahwa selama gelombang aksi demonstrasi, lebih dari 3.000 orang ditangkap di berbagai daerah dengan jumlah terbanyak di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Namun, banyak penangkapan yang dianggap tidak sesuai prosedur, seperti tidak adanya surat perintah penangkapan, intimidasi saat penangkapan, serta kurangnya akses hukum bagi para tahanan.

Susno dan Usman juga menegaskan pentingnya menghormati hak konstitusional masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dengan damai, serta menuntut penyelesaian akar masalah sosial yang memicu demonstrasi, seperti ketidakadilan sosial dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, serta Kritik terhadap institusi kepolisian dan pemerintah juga disuarakan agar segera melakukan evaluasi dan perbaikan prosedur agar tindakan hukum berjalan adil dan tidak menimbulkan kerugian lebih lanjut bagi demokrasi dan keamanan negara.

Continue Reading

News

Hotman Paris Tantang Presiden Prabowo: Buktikan Nadiem Tak Terima Selembar Rupiah Pun!

Published

on

Jakarta – Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea secara tegas membantah tuduhan bahwa kliennya, mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, menerima uang satu sen pun dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop berbasis Chromebook di Kemendikbudristek. Hotman Paris bahkan meminta Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk turun tangan secara langsung dalam kasus ini.

Dalam pernyataannya, Hotman Paris menyampaikan permohonan kepada Presiden Prabowo untuk memanggil Kejaksaan dan dirinya sebagai kuasa hukum Nadiem untuk menggelar perkara secara terbuka di Istana Presiden. Ia yakin dapat membuktikan bahwa Nadiem tidak melakukan tindak pidana korupsi hanya dalam waktu 10 menit.

“Tolong gelar perkaranya di Istana, saya akan buktikan: satu, Nadiem Makarim tidak menerima uang satu sen pun. Dua, tidak ada mark-up harga dalam pengadaan laptop. Tiga, tidak ada pihak yang diperkaya,” tegas Hotman Paris.

Hotman juga menegaskan bahwa dalam proses pengadaan laptop tersebut, tidak terdapat praktik mark-up harga, dan tidak ada pihak yang diuntungkan atau diperkaya dari pengadaan senilai Rp 9,3 triliun itu. Hotman menambahkan bahwa proyek tersebut menggunakan harga resmi e-catalog yang dikelola pemerintah sehingga tidak ada indikasi penggelembungan.

“Saya hanya membutuhkan 10 menit untuk membuktikan itu di depan Bapak Prabowo yang pernah menjadi klien saya selama 25 tahun,” kata Hotman Paris yang juga mempertanyakan alasan penahanan terhadap Nadiem.

Kasus ini tengah dalam proses penyidikan oleh Kejaksaan Agung yang menetapkan Nadiem Makarim sebagai tersangka sejak 4 September 2025. Hotman Paris berpendapat bahwa kasus kliennya mirip dengan kasus mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong yang pernah divonis meskipun tidak menerima dana korupsi.

Hotman Paris menutup pernyataannya dengan mengingatkan hubungan panjangnya selama 25 tahun sebagai pengacara Presiden Prabowo dan mengharapkan agar keadilan ditegakkan secara transparan dan adil bagi Nadiem Makarim.

Continue Reading

News

Amien Rais Emosional, Kritik Keras Prabowo Soal Loyalis Jokowi Di Lingkungan Istana

Published

on

Jakarta – Amien Rais secara tegas mengkritik Presiden Prabowo Subianto karena dianggap kurang tegas dalam menghadapi oknum-oknum pengacau serta loyalis mantan Presiden Jokowi yang ada di lingkungannya. Kritik ini disampaikan Amien dalam sebuah video unggahan pernyataan politik terkait kondisi stabilitas pemerintahan saat ini.

Menurut Amien Rais, sikap Prabowo yang terus mentolerir keberadaan orang-orang yang loyal kepada Jokowi justru menyebabkan kegaduhan nasional yang dapat merusak citra dan kestabilan pemerintahan. Amien mengungkapkan kekecewaannya terhadap Prabowo yang dianggap tidak berani mengambil langkah tegas seperti memecat oknum-oknum tersebut, meskipun sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa mereka bukanlah pendukung Prabowo, melainkan justru berusaha menggulingkan pemerintahannya dari dalam.

“Pak Prabowo sudah dikadali dan dihina oleh Jokowi dan anak-anaknya. Mereka berusaha menggulingkan Anda dengan cara-cara busuk, tetapi Anda terus mentoleransi mereka membuat kegaduhan nasional supaya citra Anda jatuh,” ujar Amien Rais, sebagaimana dikutip dari pidatonya pada awal September 2025.

Amien juga mengingatkan bahwa para pendukung Prabowo sangat mengharapkan keberanian dan ketegasan sang presiden untuk menindak tegas masalah ini demi menjaga kepercayaan rakyat serta memastikan stabilitas keamanan dan pemerintahan. Jika Prabowo terus bersikap lemah, Amien menilai hal itu akan berakibat buruk bagi masa depan pemerintahannya dan bisa membuatnya kehilangan momentum sebagai pemimpin.

Kritik keras Amien ini menjadi salah satu sorotan penting di tengah dinamika politik yang terus berjalan di Indonesia, terutama dengan adanya berbagai demonstrasi dan tekanan politik yang belakangan semakin tajam. Amien mengajak Presiden Prabowo untuk segera mengambil langkah nyata agar tidak dikuasai oleh kekuatan yang ingin menggulingkan pemerintahannya dari dalam.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler