Connect with us

News

Kritik Untuk Kebijakan Tunjangan Hari Raya

Published

on

Dr. Funco Tanipu., ST., M.A

Oleh : Dr. Funco Tanipu., ST., M.A
(Founder The Gorontalo Institute)

THR atau Tunjangan Hari Raya telah menjadi trending topik di social media, memenuhi semua timeline. THR lalu pada akhirnya menjadi perbincangan serius di hampir seluruh daerah di negeri ini.

KRONIK THR

Sejarahnya, THR di Indonesia diperjuangkan secara massif oleh Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia atau disingkat SOBSI. SOBSI adalah salah satu ormas yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia.

Pada Maret tahun 1953, melalui Sidang Dewan Nasional II, SOBSI menyuarakan aspirasi kepada pemerintah agar semua buruh diberi THR sebesar satu bulan gaji. Desakan kuat dari SOBSI tersebut lalu membuat pemerintah pada 19 Maret 1954 menerbitkan PP No.27/ 1954 tentang persekot Hari Raya untuk PNS. Untuk para buruh, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran nomor 3676/54 yang dikeluarkan Menteri Perburuhan S.M. Abidin dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang berkuasa dari 1953 hingga 1955.

Efek dominonya, sekitar tahun 1954 dan 1959, anggota PKI (yang didukung SOBSI ini) membengkak dari semula kurang dari 200.000 menjadi lebih dari 1,5 juta orang, yang terdiri dari buruh, petani, ormas perempuan, akademisi, seniman, pemuda, dan sebagainya.

KETIDAKADILAN THR

Salah satu polemik adalah soal ketidakadilan. Rupanya, lebih banyak profesi yang tidak memperoleh THR dibanding yang memperoleh THR.

Konsep THR dikhususkan untuk pegawai negeri sipil dan karyawan di perusahaan swasta yang telah bekerja selama 12 bulan untuk negeri. Profesi yang dimaksud adalah profesi yang bergerak di sektor formal.

Pertanyaannya, bagaimana profesi lain, termasuk di sektor informal, apakah mereka bukan sebagai pekerja dan dianggap tidak bekerja untuk negeri ini? Dan apakah warga negeri ini yang berprofesi lain dan informal itu tidak ikut berhari raya? Padahal, mereka ikut berkeringat untuk negeri ini.

Bagaimana keadilan untuk buruh tani, nelayan, peternak, tukang bentor hingga jutaan pembantu rumah tangga serta profesi lain?

Terkait hal ini, mesti ada kebijakan yang adil untuk semua yang dianggap “bekerja” untuk negeri ini.

THR DAN KONSUMERISME

Salah satu tujuan dari kebijakan THR pada konteks sosial adalah bagian dari mensubsidi pegawai negeri/swasta dalam menyambut tingginya kebutuhan jelang hari raya.

Namun, kecenderungannya malah ada tafsir baru soal hari raya, yakni soal hari raya yang konsumtif, yang sebenarnya menjauhkan dari substansi hari raya itu sendiri. Di sisi lain, konsep THR yang parsial dan tidak merata ini cenderung membangun jarak yang lebih renggang antara antara yang menerima THR dan tidak. Ada semacam peng-anak emas-an golongan tertentu dalam stratifikasi masyarakat.

Semoga tahun depan, ada desain kebijakan yang lebih adil dan merata soal THR. Desain kebijakannya bisa terkait peruntukkan, pemerataan, keadilan, sumber pembiayaan, pengukuran kinerja, akuntabilitas, transparansi, efektifitas, efisiensi, hingga dampak sosial-ekonomi seperti apa yang diharapkan dari kebijakan THR. Redesain kembali kebijakan THR ini menjadi urgen di tengah beban utang negara yang semakin hari semakin naik, dan pergeseran makna dan substansi hari raya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gorontalo

Dari Gadai hingga Emas: Pegadaian Gorontalo Catat Peningkatan Nasabah hingga 121 Persen

Published

on

Gorontalo – PT Pegadaian (Persero) mencatat pertumbuhan bisnis yang impresif di Provinsi Gorontalo sepanjang tahun 2025. Peningkatan terjadi di hampir seluruh lini bisnis utama, baik dari aspek omzet maupun jumlah nasabah.

Pencapaian tersebut disampaikan oleh Pratikno, Pimpinan Wilayah Pegadaian Kantor Wilayah V yang membawahi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, dan Papua (SulutTengGo Malut Papua), dalam kegiatan Ngobrol Santai (Ngobras) bersama awak media di Yulia Hotel Kota Gorontalo, Kamis (18/12/2025).

Menurut Pratikno, produk gadai masih menjadi tulang punggung pertumbuhan Pegadaian di wilayah Gorontalo.

“Untuk produk gadai, kami mencatat omzet sebesar Rp1,64 triliun atau tumbuh 40,81 persen secara year on year (YoY), dengan jumlah nasabah mencapai 126,5 ribu orang atau naik 2,10 persen YoY,” ungkapnya.

Bisnis Mikro dan Emas Tumbuh Konsisten

Tak hanya produk gadai, bisnis mikro Pegadaian Gorontalo juga menunjukkan kinerja positif. Sepanjang tahun 2025, omzet bisnis mikro mencapai Rp92,5 miliar dengan jumlah nasabah sekitar 7,4 ribu orang.

Pertumbuhan signifikan juga terjadi pada bisnis emas. Total gramasi dari seluruh produk emas — baik cicilan, tabungan, maupun deposito — menunjukkan tren peningkatan tajam.

“Untuk produk cicilan emas batangan dan emas digital, total gramasi mencapai 68 ribu gram. Selanjutnya, untuk deposito emas tercatat 7,6 ribu gram dengan 324 nasabah, sedangkan tabungan emas mencapai 55 ribu gram yang melibatkan hampir 30 ribu nasabah,” jelas Pratikno.

Secara keseluruhan, Pegadaian Gorontalo mencatat omzet dari produk emas sebesar Rp165,5 miliar dengan total 16,6 ribu nasabah.

Lonjakan Omzet Capai 207,9 Persen

Pratikno menambahkan, jika seluruh lini bisnis diakumulasi, total pertumbuhan omzet Pegadaian Gorontalo mencapai 207,9 persen (YoY), diiringi kenaikan jumlah nasabah sebesar 121,93 persen.

Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan bukti meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Pegadaian sebagai solusi keuangan yang modern, mudah diakses, dan aman. Transformasi Pegadaian dari layanan gadai konvensional menuju platform finansial digital terintegrasi terbukti mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat di era digital.

“Ke depan, kami akan terus melakukan transformasi melalui digitalisasi layanan, pendekatan yang lebih dekat dengan masyarakat, serta pengembangan inovasi produk. Pegadaian berkomitmen tumbuh secara berkelanjutan bersama masyarakat,” tandasnya.

Continue Reading

Gorontalo

Menyatu dengan Rakyat: Korem 133/Nani Wartabone Peringati Hari Juang Infanteri 2025

Published

on

Pohuwato – Korem 133/Nani Wartabone menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Juang Infanteri ke-77 Tahun 2025 di Lapangan Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, pada Jumat (19/12/2025). Upacara berlangsung khidmat dan penuh semangat juang, diikuti oleh jajaran TNI, Polri, pemerintah daerah, serta komponen cadangan (Komcad) TNI Angkatan Darat.

Upacara dipimpin langsung oleh Komandan Korem 133/NW Brigjen TNI Hardo Sihotang, dan dihadiri oleh Bupati Pohuwato Saipul A. Mbuinga, unsur Forkopimda, para perwira Korem 133/NW, Dandim jajaran, serta berbagai elemen masyarakat dan tamu undangan.

Dalam amanat Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif) TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan, S.E., M.M., yang dibacakan oleh Danrem 133/NW, dijelaskan bahwa Hari Juang Infanteri adalah momentum bersejarah yang lahir dari peristiwa Agresi Militer Belanda II tahun 1948. Peristiwa itu menggambarkan keberanian dan pengorbanan prajurit infanteri yang tak gentar mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

“Selamat Hari Juang Infanteri. Hari ini menjadi refleksi nilai-nilai keinfanterian yang mencerminkan semangat juang dan pengabdian tanpa batas dalam menjaga kedaulatan bangsa,” ujar Danrem membacakan amanat Danpussenif.

Tahun 2025, Hari Juang Infanteri mengusung tema “Mewujudkan Prajurit dan Satuan Infanteri yang Prima, Bersama Rakyat dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD.” Tema tersebut menegaskan pentingnya kualitas, kesiapan, dan sinergi infanteri bersama rakyat sebagai kekuatan utama dalam sistem pertahanan negara.

Melalui amanat tersebut, Danpussenif juga mengingatkan seluruh prajurit infanteri agar meneladani sosok Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dikenal berjuang dengan keikhlasan dan kedekatan luar biasa dengan rakyat. Keteladanan beliau menjadi sumber inspirasi dalam membentuk mental, karakter, dan daya juang prajurit masa kini.

“Nilai-nilai pengabdian Jenderal Soedirman adalah fondasi utama yang harus diwarisi setiap prajurit infanteri. Berjuang tanpa pamrih, berkorban tanpa rasa lelah, dan selalu bersama rakyat,” lanjut amanat tersebut.

Dalam peringatan itu, diumumkan pula para pemenang Lomba Peleton Beranting Hari Juang Infanteri 2025 yang melibatkan satuan infanteri dari berbagai etape, yaitu:

  • Juara I: Yonif 713/Satya Tama (Etape 3)

  • Juara II: Yonif 715/Motuliato (Etape 4)

  • Juara III: Yonif TP 824/Mo’e’a (Etape 5)

Selain upacara militer, jajaran Korem 133/NW juga menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial seperti bakti sosial pengobatan gratispasar murah, serta pertunjukan Drumband Genderang Canka Satya Tama Lokananta (GCSTL) yang menambah semarak suasana peringatan. Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat setempat, mencerminkan kedekatan dan sinergi nyata antara TNI dan rakyat.

Melalui peringatan ini, Korps Infanteri TNI AD kembali menegaskan jati dirinya sebagai tulang punggung pasukan tempur Angkatan Darat yang tidak terpisahkan dari kekuatan rakyat. Prajurit infanteri diharapkan mampu menjaga hubungan yang harmonis, mengedepankan disiplin, serta menumbuhkan rasa kepedulian sosial di tengah masyarakat.

Hari Juang Infanteri ke-77 menjadi pengingat bahwa semangat juang, keberanian, dan kemanunggalan dengan rakyat adalah kekuatan hakiki TNI dalam menjaga keutuhan serta kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Continue Reading

Gorontalo

Tegak di Bawah Langit Gorontalo: Komcad dan Prajurit TNI AD Peringati Hari Juang Infanteri

Published

on

Pohuwato – Pagi itu, Lapangan Balayo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, tampak berbeda dari biasanya. Barisan hijau loreng berdiri tegak di bawah langit Gorontalo. Di antara deretan prajurit, terlihat para Komponen Cadangan (Komcad) TNI Angkatan Darat (AD) hadir penuh semangat mengusung satu tekad yang sama: pengabdian kepada bangsa dan negara.

Komcad TNI AD turut ambil bagian dalam Upacara Peringatan Hari Juang Infanteri ke-77 Tahun 2025 yang digelar oleh Korem 133/Nani Wartabone. Upacara ini dipimpin langsung oleh Komandan Korem 133/NW, Brigjen TNI Hardo Sihotang, dan dihadiri oleh unsur Forkopimda, pejabat TNI-Polri, serta pemerintah daerah Kabupaten Pohuwato.

Di tengah barisan peserta upacara, Serda KC Isran Doda, salah satu perwakilan Komcad, tampak berdiri tegap mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Bagi dirinya, kehadiran Komcad bukan hanya simbol kesinambungan tugas pertahanan, tetapi juga bentuk kesiapan mental dan fisik untuk kembali mengenakan seragam negara jika tugas itu kembali dipanggil.

“Kami adalah warga sipil yang dipersiapkan untuk menjadi prajurit cadangan. Momentum Hari Juang Infanteri ini mengingatkan kami bahwa pengabdian kepada negara tidak pernah mengenal kata berhenti,” ujar Isran Doda usai upacara.

Dalam amanat Danpussenif TNI AD Letjen TNI Iwan Setiawan, S.E., M.M., yang dibacakan oleh Danrem 133/Nani Wartabone, ditegaskan bahwa Hari Juang Infanteri lahir dari sejarah panjang perjuangan bangsa. Momentum ini berakar dari peristiwa Agresi Militer Belanda II, yang mencerminkan keberanian dan pengorbanan prajurit infanteri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tahun ini, Hari Juang Infanteri mengusung tema “Mewujudkan Prajurit dan Satuan Infanteri yang Prima, Bersama Rakyat dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD.” Tema tersebut hadir secara nyata dalam semangat dan partisipasi para Komcad. Mereka menjadi representasi kesatuan antara rakyat dan militer, menjembatani kekuatan sipil dan pertahanan nasional dalam satu semangat perjuangan.

Danrem 133 mengingatkan seluruh pasukan untuk meneladani sosok Panglima Besar Jenderal Soedirman, seorang pemimpin yang berjuang bersama rakyat hingga akhir hayatnya. Nilai-nilai keikhlasan, keberanian, dan pengabdian inilah yang diharapkan terus menjiwai prajurit aktif dan Komcad di masa kini.

Peringatan Hari Juang Infanteri ke-77 tidak berhenti pada seremoni semata. Rangkaian kegiatan sosial turut digelar sebagai bentuk kepedulian TNI AD kepada masyarakat. Komcad ikut terlibat aktif dalam pengamanan dan pelaksanaan bakti sosial, seperti pengobatan gratis dan pasar murah yang mendapat sambutan hangat dari warga sekitar.

Di momen ini, batas antara prajurit dan masyarakat seolah menghilang — memperlihatkan wajah sejati TNI sebagai tentara rakyat.

Bagi seluruh Komponen Cadangan, Hari Juang Infanteri bukan sekadar peringatan, melainkan pengingat penting bahwa pertahanan negara bukan hanya tugas prajurit aktif, tetapi juga tanggung jawab rakyat terlatih yang setiap saat siap berperan ketika negeri memanggil.

Pagi di Lapangan Balayo itu menjadi saksi hidup semangat juang yang tidak pernah padam — semangat yang menyalakan kembali jiwa pengabdian, baik bagi prajurit infanteri maupun setiap Komcad yang siap berdiri di garda kedua demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Continue Reading

Facebook

Terpopuler